Selasa, 30 Juni 2009

MAKALAH : SEJARAH PERADABAN DUNIA ISLAM

PERANG SALIB ; SEBAB DAN AKIBATNYA

Oleh : Drs. Bahruny DP

A. Pendahuluan
Jika kita membuka lembaran sejarah, mungkin tidak ada kejadian yang lebih memilukan dan begitu dahsyat dampak jangka panjangnya bagi peradaban daripada Perang Salib (Crusade). Perang yang terjadi antara 1094 hingga 1291 dan melibatkan kekuatan Eropa (Kristen) melawan kekuatan Timur (Muslim) di bawah imperium Bani Abbasiyah itu tercatat sebagai salah satu perang terbesar dan terlama sepanjang masa. Kekejaman perang tersebut telah menelan korban baik jiwa maupun materi yang tidak terhitung banyaknya.
Carole Hillenbrand, dalam bukunya The Crusade; Islamic Perspectives (Perang Salib, Sudut Pandang Islam) menegaskan bahwa, telah terjadi distorsi dalam banyak literatur sejarah tentang Perang Salib yang ditulis sejarawan Eropa dan para orientalis. Selama berabad-abad, sejarah Perang Salib telah dijadikan sebagai propaganda penaklukan Eropa terhadap Islam dan dengan cara sedemikian rupa membentuk opini umum masyarakat Barat hingga saat ini terhadap Islam sebagai ’setan’ yang harus dimusuhi dan diperangi. Sebab, data sejarah yang diungkapkan bersifat sepihak dan tidak mempertimbangkan kemungkinan lain yang bisa ditemukan dalam berbagai literatur Islam. Akibatnya, lahirlah kesalahpahaman yang berlangsung selama berabad-abad.[1]
Untuk lebih memahami kebenaran sejarah peristiwa Perang Salib, maka banyak aspek pendukung yang harus dikemukakan dan dicermati mengingat Crusade tersebut berlangsung dari abad ke 11-13, bahkan sebagian pakar dari berbagai kalangan yang berkompeten mencermati dan berkesimpulan bahwa Crusade berlangsung dari abad ke-11 hingga sekarang.
Dari uraian di atas relevansinya dengan Makalah ini berjudul “Perang Salib : Sebab dan Akibatnya”, (Sebab dan Akibat Perang Salib) merupakan Sub materi Dinasti Abbasiyah dalam Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam, disini Pemakalah membatasi ruang lingkup paparan materi sesuai dengan kapasitas yang ditentukan, yaitu hanya mencakup ; Pendahuluan, Pengertian Prang Salib, Seba-Sebab Terjadinya Perang Salib, Ringkasan Periodesasi Perang Salib, Akibat dari Peristiwa Perang Salib, dan Penutup. Materinya dikutip dari beberapa sumber literature, ( buku dan ensiklopedi ), serta media elektronik ( website internet ).
B. Pengertian Perang Salib
Kata Salib berasal dari bahasa Arab (salibun) yang berarti kayu palang/silang (Heuken, 1994:231). Peperangan tersebut disebut dengan Perang Salib karena didada seragam merah yang dipakai serdadu Kristiani tergantung/terjahit tanda Salib, sehingga umat Islam yang diperangi menyebutnya dengan nama perang Salib (Arsyad, 1993:132). Perang Salib merupakan sebuah perang super-maraton yang berlangsung sepanjang sekitar 200 tahun (Tahun 491--692 H / 1097--1292 M), Dalam perspektif Kristen, perang ini merupakan serangkaian operasi militer terhadap musuh-musuh gereja yang bertujuan membebaskan Tanah Suci Yerusalem dari cengkraman kaum Muslimin [2]

Menurut Dr. Said Abdul Fattah Syukur, Perang Salib; “Adalah merupakan gerakan spectakuler dari pihak Eropa Barat dengan misi imperialisme murni, yang ditujukan kepada beberapa negeri di belahan Dunia bagian Timur (khususnya negara-negara Islam) pada abad pertengahan, gerakan dengan bentuknya yang khas ini, pada akhirnya berhasil pula mempengaruhi dan memporak-porandakan segala aspek kehidupan bangsa dari negeri-negeri yang menjadi sasarannya, baik sosial, ekonomi, intelektual, budaya maupun religius” (Syukur, 1993:57).[3] Perang Salib oleh Umat Kristen mereka namakan ; Perang Suci, Pihak Muslimin sebagian namakan Perang Sabil, dan menurut dalam kamus bahasa Inggeris dinamakan Crusade (kruw’seid), yang berarti 1.perjalanan perang salib, 2.usaha pembasmian atau pemberantasan.
C. Sebab-Sebab Perang Salib
Dalam buku Study of Islamic History, oleh Amir. K. Ali yang dikutip oleh Ajid Thohir dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, dipaparkan tentang Sebab-Sebab Perang Salib, bahwa “Sejak berdirinya kekuasaan Islam, orang-orang Kristen diberi kekuasaan beragama dan berbagai jabatan dalam pemerintahan. Ketika Yerussalem dan Syria di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah dari Mesir, penguasa Mesir mendorong perniagaan dan perdagangan Kristen. Akan tetapi, segala hak istimewa dan toleransi tersebut tidak bias menentramkan orang Kristen yang menganggap kehadiran orang Islam di Yerussalem sebagai sesuatu hal yang tidak disukai. Inilah yang menjadi penyebab utama munculnya Perang Salib, selain factor-faktor yang lain.[4]
Ada beberapa penyebab lain terjadinya Perang Salib menurut Amir. K. Ali Dalam bukunya Study of Islamic History, yaitu sebagai berikut :
1. Perang Salib terjadi karena adanya konflik lama antara Timur dengan Barat, dalam hal ini antara orang Islam dengan orang –orang Kristen untuk saling menguasai. Pemunculan Islam yang cepat menimbulkan suatu goncangan bagi seluruh Kristen Eropa sehingga pada abad XI pasukan orang Kristen Barat diarahkan untuk melawan Islam.
2. Pelaksanaan ziarah orang Kristen di Yerussalem semakin bergairah pada abad XII dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Karena Yerussalem dan Palestina dibawah kekuasaan Turki, tidak jarang para jamaah Kristen mendapat perlakuan yang tidak baik dan dirampok. Informasi mengenai perlakuan demikian cendrung berkembang dan secara berlebihan sehingga menimbulkan reaksi keras dari orang Kristen di seluruh dunia.
3. Pada masa itu (abad XII) , Eropa Kristen ditandai oleh kekacauan feodalisme. Raja dan Pangeran terlibat perang satu sama lain, sehubungan dengan itu, orang Kristen dengan dukungan Paus berusaha memanfaatkan semangat perang internal agama menjadi perang antar agama. Dalam hal ini semangat perang orang Kristen disalurkan untuk memerangi orang Islam.[5]
4. Menurut Hassan Ibrahim Hassan dalam bukunya Tarikh Al-Islam, yang dikutip oleh Dr. Badri Yatim, MA dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, halaman 76 tersirat sebab terjadinya Perang Salib, bahwa …”peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart (464 H /1071 Masehi). Tentara yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi, Ghuz, Al-akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib. [6]
5. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Saljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H / 1076 M dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah kesana (Bait Al-Maqdis). Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke Tanah Suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga Priode.[7]
6. Perang Salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri Barat (pihak Kristen) dan negeri Timur (pihak Muslim) yang mana pada akhir-akhir ituperkembangan dan kemajuan umat Islam sangat pesat, sehingga menimbulkan kecemasan bagi para tokoh Barat Kristen dan didorong oleh rasa kecemasan itulah mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan Muslim.[8]
7. Munculnya kekuatan Bani Seljuk yang berhasil merebut Asia kecil dan Baitul Maqdis setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071 M dan Dinasti Fathimiah tahun 1078 M. Kekuatan Seljuk di Asia kecil dan Yersussalem tersebut dianggap sebagai halangan bagi pihak Kristen untuk melaksanakanHaji ke Baitul Maqdis. Padahal pada pemerintahan Bani Seljuk, umat Kristen diberi kebebasan untuk melakukan haji.Namun dipihak Kristen ada yang menyebarkan fitnah bahwa Turki Seljuk telah melakukan kekejaman terhadap jamaah Kristen sehingga hal tersebut menimbulkan amarah umat Kristen -Eropa.[9]
8. Pasukan Muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah semenjakabad ke-10. Hal tersebut menyebabkan para pedagang Pisa, Vinesia dan Genoa merasa terganggu sehingga satu-satunya jalan yang ditempuh untuk memperluas perdagangan mereka adalah dengan mendesak kekuatan Muslim dari laut tsb.,[10]
9. Propaganda Alexius Comnesius kepada Paus Urbanus II untuk membalas kekalahannya dalam peperangan melawan Pasukan Seljuk. Paus Urbanus II segera meniupkan taufan fanatisme keagamaan untuk menyalakan Perang Salib besarsehingga seruannya tersebut disambut oleh ribuan massa Prancis dan Normandia.Hal ini terjadi karena Paus merupakan sumber otoritas tertinggi di Barat yangdidengar dan ditaati propagandanya. [11]
10. Perang Salib menurut beberapa pakar sejarah dinilai merupakan kelanjutan misi keagamaan dari para peziarah Kristen ke tempat-tempat suci mereka (Yerussalem), yang dahulunya dibawah bendera perdamaian, pada perkembangannya berubah niat membawa misi perang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rombongan peziarah dibawah pimpinan Mitaz tahun 1064 M yang memimpin 7.000 peziarah bersenjata lengkap, lantaran termakan isu bahwa penguasa Yerussalem (waktu itu Bani Saljuk) telah melakukan penganiayaan terhadap para peziarah yang beragama Kristen. [12]
11. Al-Wakil menuliskan bahwa sebab-sebab yang mendorong orang-orang Kristen terjun ke medan perang selama bertahun-tahun adalah ;
1) Penyebab utama perang salib adalah kedengkian orang-orang Kristen kepada Islam dan umatnya. Umat Islam berhasil merebut wilayah-wilayah strategis yang sebelumnya mereka kuasai (terutama di Timur Tengah). Mereka menunggu kesempatan yang tepat untuk meraih apa yang hilang dari tangannya, balas dendam terhadap umat yang mengalahkannya. Kesempatan itu datang ketika umat Islam lemah dan kehilangan jati dirinya yang kuat yang sebelumnya meredam perpecahan dan menyatukan langkah. Para tokoh agamawan Kristen bangkit menyerukan pembersihan tanah-tanah suci di Palestina dari tangan-tangan kaum muslimin dan membangun gereja dan pemerintahan Eropa di dunia Timur. Perang mereka dinamakan perang salib karena tentara-tentara Kristen menjadikan salib sebagai simbol obsesi suci mereka dan meletakkannya di pundak masing-masing.
2) Perasaan keagamaan yang kuat. Orang-orang Kristen meyakini kekuatan gereja dan kemampuannya untuk menghapus dosa walau setinggi langit.
3) Perlakuan in-toleran orang-orang Saljuk terhadap orang-orang Kristen dan para peziarah Kristen yang menuju Yerusalem. Orang-orang Saljuk adalah penguasa wilayah Turki yang relatif belum lama memeluk Islam dan belum begitu memahami syariat Islam dalam memperlakukan agama lain.
4) Ambisi Sri Paus yang ingin menggabungkan gereja Timur (ortodoks) dengan gereja Katolik Roma. Paus ingin menjadikan dunia Kristen seluruhnya menjadi satu negara agama yang dipimpin langsung Sri Paus.
5) Kegemaran tokoh-tokoh dan tentara Kristen untuk berpetualang ke negara lain dan mendirikan pemerintahan boneka di sana.
Bagi para pemimpin Kristen, kondisi waktu itu sangat tepat untuk memulai serangan ke dunia Islam, karena:
1) Ada kelemahan dinasti Saljuk, sehingga “front” terdepan dunia Islam terpecah belah.
2) Tidak adanya orang kuat yang menyatukan perpecahan umat Islam. Khilafah de facto terbagi sedikitnya menjadi tiga negara: Abbasiyah di Bagdad, Umayah di Cordoba dan Fathimiyah di Kairo.
3) Beberapa kabilah pesisir telah masuk agama Kristen seperti Genoa dan Venezia, dan ini memuluskan jalan antara Eropa dan negara-negara Timur.
4) Kemenangan Sri Paus atas raja sehingga Sri Paus memiliki kekuatan mengendalikan para raja dan gubernur di Eropa.[13]
Ada sumber lain memaparkan bahwa Perang Salib terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor Sejarah Faktor sejarah dapat digambarkan bahwa Peristiwa (awal) penting terkait de ngan perang salib, adalah ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan yaitu peristwa Manzikart tahun 1071 M ( 464 H ). Tentara Alp Arselan yang berkekuatan 15.000 prajurit berhasil mengalahkan tentara ber jumlah 200.000 orang; yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dr. Badri Yatim, M.A. menyebutkan bahwa peris tiwa tersebut menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang kristen terha dap umat Islam. Pada tahun 1076 M (471 H) Dinasti Seljuk dapat merebut Baital Maqdis dari kekua saan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk, kha lifah Abdul Hakim, menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah kesana. Peraturan tersebut dirasakan sangat memberatkan mereka. Jauh sebelum kedua peris tiwa di atas terjadi; diperkirakan pada tahun 1009 terse bar berita di Eropa bahwa Gereja Sepulcher dihancurkan oleh penguasa Mesir, Al-Hakim bin Amrallah . Kemudian Pada tahun 1085 raja-raja Kristen di Spanyol Ut ara melancarkan serangan untuk merebut Spa nyol dari tangan orang Islam. Gagas an menolong Byzantium, yang sedang diserang ten tara Turki, dan membebaskan Palestina telah dilontarkan oleh Paus Gregorius VII (1073-1085). Namun, hal terse but terhambat oleh perpecahan antara Byzantium dan Paus di mana kedua belah pihak saling mengutuk dan melakukan tekanan kekuasaan; yang dimu lai sejak pa da tahun 1054.[14]
b. Faktor Agama
Direbutnya Baitul Maqdis (471 H) oleh Dinasti Seljuk dari kekuasaan Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir menyebabkan kaum KRISTEN merasa tidak bebas dalam menunaikan ibadah di tempat sucinya. Ketika idealisme keagamaan mulai menguap, para pemimpin politik KRISTEN tetap saja masih berfikir keuntungan yang dapat diambil dari konsepsi mengenai Perang Salib, dan untuk memperoleh kembali keleluasaannya berziarah ke tanah suci Yerussalem. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristiani di Eropa supaya melakukan perang suci. Seruan Paus Urbanus II berhasil memikat banyak orang-orang KRISTEN karena dia menjanjikan sekaligus menjamin, barang siapa yang melibatkan diri dalam perang suci tersebut akan terbebas dari hukuman dosa.[15]

c. Faktor Politik
Kekalahan Byzantium(Constantinople/Istambul) di Manzikart pada tahun 1071 M, dan jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comneus (kaisar Constantinople) untuk meminta bantuan Paus Urbanus II, (1035-1099) menjadi Paus (1088-1099) dalam usahanya untuk mengem balikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Saljuk. Dilain pihak Perang Salib merupakan puncak sejumlah konflik antara negara-negara Barat dan negara-negara Timur, maksudnya antara umat Islam dan umat KRISTEN. Dengan perkembagan dan kemajuan yang pesat menimbulkan kecemasan pada tokoh-tokoh Barat, sehingga mereka melancarkan serangan terhadap umat Islam. Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa KRISTEN di Eropa untuk merebut satu-persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti Mesir, Yerussalem, Damascus, Edessca dan lain-lainnya.[16]

d. Faktor Sosial Ekonomi
Semenjak abad ke X, kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di laut tengah, dan para pedagang Eropa yang mayoritas Kristen merasa terganggu atas kehadiran pasukan muslimin, sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan kaum muslimin dari laut itu. Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur laut tengah (Venezia, Genoa dan Piza) untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan laut tengah, sehingga dapat memperluas jaringan dagang mereka, Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka, karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut.[17]

D. Periodenisasi Perang Salib
Para sejarawan saling berbeda pendapat dalam menetapkan periodesasi Perang Salib termasuk batasan waktu atau tahunnya. Misalnya ; Prof. Ahmad Syalabi (penulis buku At-Tarikh Al-Islami wa Al-Hadarah Al-Islamiyah atau Sejarah dan Kebudayaan Islam Mesir) membagi periodesasi Perang Salib itu atas tujuh periode. Sementara itu Philip K. Hitti (Orientalis) yang menulis buku The History of the Arabs memandang Perang Salib berlangung terus-menerus dengan kelompok-kelompok yang bervariasi, kadang-kadang bersekala besar dan tidak jarang pula bersekala kecil. Meskipun demikian, Hitti berusaha membuat periodesasi Perang salib dengan menyederhanakan pembagiannya dalam tiga priode, yaitu ….Priode Pertama, ini disebut periode penaklukan (1096-1144 M), Periode Kedua, ini disebut periode reaksi Umat Islam (1144- 1192 M), dan Periode Ketiga, ini dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan salib (1193 hingga 1291 M;[18].
Sebagian sumber mengemukakan bahwa peristiwa Perang Salib terdiri atas Tiga Periodesasi sebagai berikut :
1. Periode Pertama (1096 - 1144 M)
Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli 1099 M.) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M.), Tripoli (1109 M.) dan kota Tyre (1124 M.). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, Rajanya adalah Raymond.
2. Periode Kedua (1144 - 1192 M)
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Numuddin Zanki. Numuddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali. Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Numuddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Numuddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.
3. Periode Ketiga (1193 - 1291 M)
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al- Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al- Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.[19]
Dalam sumber lain dipaparkan periodesasi Perang Salib lebih rinci dan lebih berkembang lagi, yakni terbagi atas 8 (delapan) periode, kemudian berlanjut dengan sebutan Perang Salib Lanjutan (1291-1344 M), bahkan dalam sebuah literatur … telah mengungkap misteri “ Pembantaian Umat Islam Dalam Perang Salib ; Kisah Kibiadaban Count Dracula Yang disembunyikan Selama 500 Tahun (hingga abad XV)” [20]. Adapun delapan Periodesasi Perang salib dimaksud sebagai berikut :

1. Perang Salib I (1094-1144 M) [21]
Periode pertama Perang Salib disebut sebagai periode penaklukan. Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II, berhasil membangkitkan semangat umat KRISTEN, terutama akibat pidato Paus Urbanus II, pada consili clermont pada tanggal 26 November 1095, yang intinya mewajibkan untuk melakukan Perang Salib bagi umat Kristiani sehingga terbentuk kaum Salibin. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat Kristiani.
Hasan Ibrahim (sejarawan penulis buku Tarikh Al-Islam) menggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak mempunyai pengalaman berperang, gerakan ini dipimpin oleh Pierre I’ermite. Di sepanjang jalan menuju Constantinople mereka membuat keonaran bahkan terjadi bentrok dengan penduduk Hongaria dan Byzantium. Dengan adanya fenomena ini Dinasti Saljuk menyatakan perang terhadap gerombolan tersebut, sehingga akhirnya gerakan pasukan Salib dapat mudah dikalahkan.
Berawal dari kekalahan pihak kristiani Godfrey of Buillon mengambil alih kepemimpinan pasukan Salibin, sehingga mengubah kaum Salibin menjadi ekpedisi militer yang terorganisasi rapi. Dalam peperangan menghadapi pasukan Godfrey, pihak Islam mengalami kekalahan, sehingga mereka berhasil menduduki Palestina (Yerussalem) pada tanggal 07 Juni 1099. Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran selama satu minggu terhadap umat Islam disamping itu mereka membumi hanguskan bangunan-bangunan umat Islam, sebelum pasukan ini menduduki Baitul Maqdis, mereka terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur, Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre (Ahmad, 1999:124).
Kemenangan pasukan Salib dalam periode ini telah mengubah peta situasi Dunia Islam kawasan itu. Sebagai akibat dari kemenangan itu, berdirilah beberapa kerajaan Latin-Kristen di Timur, yaitu kerajaan Baitul Maqdis (1099 M) di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa (1098 M) diperintah oleh Raja Baldwin, dan Tripoli (1109 M) dibawah kekuasaan Raja Raymond. Perang Salib I ditandai oleh bangkitnya kerajaan Seljuk (Turki) yang memasuki Armenia, Asia kecil dan Syria, kemudian menyapu daerah kawasan Byzantium (Romawi) memporakporandakan angkatan perangnya di pertempuran Mazikert dan sepanjang laut tengah yang pada masa Alip Arselan dan Malik Syah, Yerussalempun dicaplok. Maka dari itu, Konstantinopel dibawah kepala gereja Hildeband yang menaiki tahta sebagai Paus Gregorius VII memohon bantuan dari para raja ksatria dan penduduk umumnya, sebab penakluk-penakluk dari Bani Seljuk itu dianggap berlaku kejam dan menindas orang-orang KRISTEN yang datang beribadah ke Baitul Maqdis.(Arsyad, 1993:77).
Akan tetapi pada tahun 1095 M baru bisa menghimpun kekuatan sebesar 300.000 orang, atas usaha dari penggantinya yaitu Paus Urbanus II yang dibantu oleh guru bahasanya yaitu Peter, Sang Pertapa atau Peter Amiens. Peterlah yang menyerukan kepa da seluruh raja dan pembesar raja Eropa-KRISTEN bersatu untuk memerangi Islam atas nama agamanya yang suci. Peter terus berkelana sambil terus berkampanye untuk itu.
Pada akhir tahun 1096 M dan awal tahun 1097 M, sekitar 150.000 tentara Salib sampai di Konstantinopel dibawah pimpinan Gadefroy, Bohemond dan Raymond. Pada awal tahun 1097 M tentara Salib mulai menyebrangi selat Bosporus lalu mengepung kota Niceae dan setelah dikepung selama sebulan, akhirnya kota jatuh ke tangan mereka pada tanggal 18 Juni 1097 M serta mereka dapat mengalahkan tentara Kalij Arsalan dari Bani Saljuk di Asia kecil. Pada tanggal 15 Juli 1099 tentara Salib mengepung Yerussalem selama tujuh hari dengan menyembelih tak kurang dari 70.000 umat Islam, dan pada saat itu pula Yerusalem dan kota-kota sekitarnya takluk. Kemudian tentara Salib mendirikan empat kerajaan KRISTEN yaitu di tanah suci Baitul Maqdis, Enthiokhie, Raha dan Tripolisyam, sedangkan Nicola dikembalikan pada Kaisar Byzantium.

b. Perang Salib II (1144-1193 M) [22]
Perang Salib II juga terjadi sebab bangkitnya Bani Seljuk dan jatuhnya Halab (Aleppo), Edessa, dan sebagian negeri Syam ke tangan Imaddudin Zanky (1144 M). Setelah Imaduddin Zanky meninggal, ia digantikan oleh puteranya yang bernama Nuruddin dan dibantu oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi hingga tahun 1147 M.
Perang Salib II ini dipimpin oleh Lode wiyk VII atau Louis VII (Raja Perancis), Bernard de Clairvaux dan Concrad III dari Jerman. Laskar Islam yang terdiri dari bangsa Turki, Kurdi dan Arab dipimpin oleh Nuruddin Sidi Saefuddin Gazi dan Mousul dan dipanglimai oleh Shalahuddin Yusuf ibn Ayyub. Pada tanggal 4 Juli 1187 terjadi pertempuran antara pasukan Shalahuddin dengan tentara Salib di Hittin dekat Baitul Maqdis. Dalam pertempuran ini kaum muslimin dapat menghancurkan pasukan Salib, sehingga raja Baitul Maqdis dan Ray Mond tertawan dan dijatuhi hukuman mati. Kemenangan Shalahuddin dalam peperangan ini memberikan peluang yang besar untuk merebut kota-kota lainnya.Termasuk Baitul Maqdis, Yerussalem, Al Qudus.
Pada saat kota Yerussalem direbut tentara Salib, mereka melakukan pembunuhan besar-besaranterhadaporangIslam, tetapi ketika kota itu direbut kembali oleh Shalahud din, kaum muslimin tidak melakukan pembalasan terhadap mereka, bahkan memper laku kan mereka dengan baik dan lemah lembut. Pada saat Baitul Maqdis kembali keta ngan Umat Islam kembalilah suara adzan berkumandang dan lonceng gereja berhenti berbunyi serta Salib emas diturunkan dari kubah sakrah (Abyan dan Nurhuzaina, 1987:152).
Dalam periode ini disebut sebagai periode reaksi umat Islam atas jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib telah membangkitkan kesa daran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi kaum Salibin. Di bawah komando Imaduddin Zangi, Gubernur Mousul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan Salib bahkan mereka berhasil merebut kembali Aleppo, Adessa (Ar-Ruha’) pada tahun 1144 M. Setelah Imaduddin Zangi wafat, posisinya digan tikan putranya Nuruddin Zangi, dia meneruskan perjuangan ayahnya untuk membebaskan negara-negara Timur dari cengkraman kaum Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan antara lain Damascus (1147 M), Antiokia (1149 M) dan Mesir (1169 M).
Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan, terutama setelah munculnnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Salahuddin) di Mesir, yang berhasil membe baskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187. Hal ini membuat kaum Salibin untuk membangkitkan kembali basic kekuatan mereka sehingga mereka menyusun kekuatan dan mengirim ekspedisi militer yang lebih kuat. Dalam ekspedisi ini dikomando oleh raja-raja Eropa yang besar, Frederick I (The Lion Hearted, Raja Inggris) dan Philip II (Augustus, Raja Prancis). Ekpedisi militer Salib kali ini dibagi dalam beberapa devisi, sebagian menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin devisi darat tewas tenggelam dalam penyebrangannya di sungai Armenia, dekat kota Ar-Ruha’, sebagian tentaranya kembali kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan perjalanannya di bawah pimpinan putra Frederick.
Adapun devisi yang menempuh jalur laut menuju Sicilia yang dipimpin Richard dan Philip II, disana mereka bertemu dengan pasukan Salahuddin, terjadilah peperangan sengit, karena kekuatan tidak berimbang, maka pasukan Salahuddin mundur, dan Kota Acre ditinggalkan oleh Pasukan Salahuddin dan menuju ke Mesir untuk mempertahankan daerah itu. Dalam keadaan demikian kedua belah pihak melakukan gencatan senjata dan membuat suatu perjanjian damai, inti perjanjian damai tersebut adalah: “Daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat KRISTEN, yang akan berziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya, sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan Jaffa berada di daerah kekuasaan tentara Salib.” Tidak lama kemudian setelah perjanjian disepakati, Salahuddin wafat bulan Safar 589 H atau Februari 1193 M.

c. Perang Salib III (1193-1291 M)[23]
Perang Salib III ini timbul sebab bangkitnya Mesir dibawah pimpinan Shalahuddin, berkat kesuksesannya menaklukkan Baitul Maqdis dan kemampuannya mengatasi angkatan-angkatan perang Prancis, Inggris, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Kejadian tersebut dapat membangunkan Eropa-Barat untuk menyusun angkatan Perang Salib selanjutnya atas saran Guillaume. Perang Salib III ini dipimpin oleh Kaisar Fredrick I Barbarosa dari Jerman Philip II August (Raja Prancis dan Inggris), Richard The Lion Heart. Ketika itu pasukan Jerman sebanyak 100.000 orang dibawah pimpinan Frederick Barbarosa, tetapi nasibnya sangat malang, ketika ia menyeberang, sebuah sungai yang jeram di Sisilia-Armenia ia mati tenggelam sehingga pasukannya kehilangan pemimpin dan pasukannya patah semangat, akhirnya pasukan tersebut ada yang memilih kembali ke negerinya dan ada pula yang terus untuk bergabung dengan pasukan lainnya. Tentara Inggris dan Prancis bertemu di Saqliah dan disini juga terjadi perselisihan antara Philiph dengan Richard yang akhirnya mereka kembali sendiri-sendiri. Richard mengambil jalan melalui Cyprus dan Philiph langsung menuju Palestina dan mengepung Akka. Akhirnya Akka dan Yaffa jatuh ditangan tentara Salib tetapi tidak bisa menduduki Baitul Maqdis dan dibuatlah perjanjian damai antara kedua belah pihak di Ramlah atau dapat disebut perjanjian Ar-Romlah (Hasan, 1967:99). Tidak lama setelah perdamaian tersebut Shalahuddin wafat, dan digantikan oleh saudaranya Sultan Adil. Shalahuddin wafat setelah berhasil mempersatukan umat Islam dan mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan umat Islam.
Periode ini lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib sendiri. Hal ini disebabkan karena periode ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat material, dari motivasi agama.Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis seolah-olah mereka lupakan, hal ini dapat dilihat ketika pasukan Salib yang disiapkan menyerang Mesir (1202-1204 M) ternyata mengubah haluan menuju Constantinople, kota ini direbut dan diduduki lalu dikuasai oleh Baldwin sebagai rajanya yang pertama. Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah yaitu munculnya pahlawan wanita yang terkenal dan gagah berani yaitu Syajar Ad-Durr, dia berhasil menghancurkan pasukan Raja Lois IX, dari Prancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Dalam periode ini pasukan Salib selalu menderita kekalahan. Meskipun demikian mereka telah mendapatkan hikmah yang sangat besar, mereka dapat mengetahui kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya, bahkan kebudayaan dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisansce di Barat.

d. Perang Salib IV (1202-1206 M)[24]
Tentara Salib berpendapat bahwa jalan untuk merebut kembali Baitul Maqdis adalah harus dikuasai terlebih dahulu keluarga Bani Ayyub di Mesir yang menjadi pusat per satuan Islam ketika itu. Oleh karena itu kaum Salib memusatkan perhatian dan kekuatannya untuk menguasai Mesir.(Sou’yb, 1978:98). Akan tetapi Perang Salib IV ini dilakukan atas kerja sama dengan Venesia dan bekas kaisar Yunani. Tentara Salib menguasai Konstatinopel (1204 M) dan mengganti kekuasaan Bizantium dengan kekuasaan latin disana. Pada waktu itu Mesir diperintah oleh Sultan Salib, maka dikuatkanlah perjanjian dengan orang-orang Kristen pada tahun 1203-1204 M dan 1210-1211 M. Isi perjanjian itu adalah mempermudah orang Kristen ziarah ke Baitul Maqdis dan menghilangkan permusuhan antara kedua belah pihak.

e. Perang Salib Anak-Anak (1212 M) [25]
Pada tahun 1212-1216 M dibenbtuklah angkatan Salib Anak-anak (Childrens Crusade). Faktor pendorng terbentuknya adalah timbulnya pendapat bahwa kegagalan Angkatan-Angkatan Salib sebelumnya adalah karena banyak anggota pasukan (Kristen) yang penuh dosa. Maka perlu dibentuk pasukan anak-anak (sekitar 50.000 lk dan prp), yang diharapkan lebih berhasil, karena mereka masih bersih dan murni. Tetapi hasilnya gagal total sebelum bertempur, karena mereka kekurangan bekal ditengah perjalanan sehingga sangat memilukan banyak yang mati kelaparan, sedangkan yang masih hidup terpaksa dijual sebagai budak belian pada pelabuhanpelabuhan yang disinggahi kapal pengangkutnya.

f. Perang Salib V (1217–1221 M) [26]
Perang Salib V tetap berada di Konstantinopel dan tidak henti-hentinya terjadi konflik dengan pihak Kaisar. Perang Salib V dipimpin oleh Jeande Brunne Kardinal Pela gius serta raja Hongaria, meskipun pada tanggal 5 November 1219 kota pelabuhan Dami etta mereka rebut, namun dalam perjalanan ke Kairo pada tanggal 24 Juli 1221 mereka membuat kekacauan di Al Masyura ( tepi sungai Nil) kemudian mereka pulang kampung.

g. Perang Salib VI (1228–1229 M) [27]
Perang Salib VI dipimpin oleh Frederick II dari Hobiens Taufen, Kaisar Jerman dan raja Itali dan kemudian menjadi Raja muda Yerussalem lantaran berhasil menguasai Yerussalem tidak dengan perang tapi dengan perjanjian damai selama 10 tahun dengan Sultan Al-Malikul Kamil, keponakan Shalahuddin al-Ayyubi, namun 14 tahun kemudian yakni pada tahun 1244 kekuasaan diambil alih Sultan Al Malikul Shaleh Najamuddin Ayyub beserta Kallam dan Damsyik.

h. Perang Salib VII (1248–1254 M) [28]
Peperangan ini dipimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis pada tahun 1248, namun pada tahun 1249 tentara Salib berhasil menguasai Damietta (Damyat). Dimasa inilah pemimpin angkatan perang Islam, Malikul Shaleh mangkat kemudian digantikan putranya Malikul Asraff Muzafaruddin Musa. Ketika Louis IX gagal merebut Antiockia yang dikuasai Sultan Malik Zahir Bay Bars pada tahun 1267/1268, lalu hendak merebut Tunis, ia beserta pembesar-pembesar pengiringnya ditawan oleh pasukan Islam pada 6 April 1250 dalam satu pertempuran di Perairan Mesir, setelah mereka memberi uang tebusan, maka mereka dibebaskan oleh Tentara Islam dan mereka balik ke negerinya.

i. Perang Salib VIII (1270-1272 M)[29]
Dalam Perang Salib VIII yaitu pada tanggal 25 Agustus 1270 ini Louis IX telah binasa ditimpa penyakit (riwayat lain menyebutkan ia terbunuh). Akhirnya pada tahun 1492 Raja Ferdinad dan Ratu Isabella sukses menendang habis umat Islam dari Granada, Andalusia. Riwayat lain juga menjelaskan bahwa Perang Salib VIII ini tidak sempat terbentuk karena kota terakhir yakni Aere yang diduduki oleh tentara Salib malahan berhasil dikuasai oleh Malikul Asyraf (putra Malikul Shaleh). Dengan demikian terkuburlah Perang Salib oleh Perang Sabil. Tetapi meskipun Perang Konvensional dan Frontal itu sudah berakhir secara formal, namun sesungguhnya perang jenis lain yang kwalitasnya lebih canggih terus saja berlangsung seiring dengan kemajuan zaman.

j. Perang Salib Lanjutan (1291-1344 M)[30]
Dalam Perang Salib lanjutan ini ada beberapa faktor yang melatar belakanginya yaitu ketika kaum muslimin mundur dari Cordova atau Granada oleh Ferdinand, Leon dan Castelin. Pada saat degradasi politik seperti itu Islam sedikit demi sedikit basic kekuat annya menurun. Adapun faktor lain yaitu; adanya perjanjian Tordessilas, yang menjadi semangat agama-agama katolik. Perjanjian itu ditetapkan pada 4 Mei 1493, yang menyatakan antara lain; “Bahwa kepercayaan agama Katolik dan agama Kristen, teristimewa pada zaman kita ini, harus dimulyakan dan disempurnakan, serta disebarkan dimana-mana dan harus mengambil alih Kerajaan Granada dari kelaliman para sara (muslimin)”. Dengan adanya perjanjian tersebut, Perang Salib dikobarkan lagi dan dilancarkan oleh orang-orang Portugis dengan tujuan bukan lagi mencari keuntungan, tetapi melakukan ekspansi politik dan ekspansi keagamaan dan musuh pertama yang dihadapi adalah negara Islam. Para pendeta dan lembaga-lembaga missionaris oleh orang-orang Dunia Islam dianggap sebagai imperialisme. Dan merupakan satu aspek usaha penyingkiran lembaga-lembaga pribumi atau Islam dengan menggantikan sejarah setempat dengan kurikulum Barat.
Dalam peperangan lanjutan ini pihak Kristen juga mengalami kekalahan, akan tetapi orang-orang Kristen dengan segala bentuk dan cara berusaha menghancurkan Islam baik melalui politik, ekonomi dan pendidikan. ‘’ Dalam Perang Salib priode ini (Periode kehancuran Perang Salib) dan muncul seorang pahlawan wanita Islam bernama Syajar Ad-Durr ia berhasil mengalahkan pasukan Salib dan menangkap Raja Louis IX, namun raja Prancis tersebut dibebaskan dan diizinkan kembali ke negaranya ‘’ [31].
Meskipun sejarah menyatakan, bahwa perang salib yang telah berlangsung sekitar hampir dua abad lamanya, katanya telah berakhir, namun hingga saat ini sungguh masih terasa bagai bara api dalam sekam.... ?

E. Akibat Perang Salib
Perang Salib atau Crusade pada akhir abad ke-11 hingga ke-13 pada intinya adalah peperangan untuk menguasai tanah suci Jerusalem, melibatkan dua kaum besar yaitu negara-negara Eropa Barat Nasrani dan negara-negara Timur Tengah Islam. Bahkan …Sudah lama diyakini bahwa Perang Salib membawa pencerahan besar kepada kaum Eropa Barat yang dulu bisa dikatakan sangat tertinggal ketika ilmu pengetahuan dan kebudayaan maju pesat di negara-negara Timur Tengah, bahkan meluas hingga ke barat ke Andalusia dan ke timur ke daratan India. Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia sebagai berikut :
1. Membawa Eropa ke dalam kontak langsung dengan Dunia Islam. Melalui inilah hubungan antara Barat dengan Timur terjalin. Pengajuan orang Timur yang progresif dan maju pada saat itu menjadi daya dorong yang besar bagi pertimbuhan intelektual eropa Barat. Hal itu memerankan bagian yang penting bagi timbulnya Renaissance di Eropa” [32] (Perkembangan Ilmu Pengetahuan)
2. Perang Salib menambah kepentingan Eropa di lapangan perniagaan dan perdagangan. Orang Eropa dapat mempelajari dan memodifikasi serta mengaplikasi beberapa temuan penting yang telah dihasilkan oleh orang Islam pada masa-masa sebelumnya. Hal ini terutama berkaitan dengan masalah; industri, perdagangan, dan pertanian.‘’ [33] (Perkembangan Ekonomi dan Industri).
3. Dalam bidang seni, gaya-gaya bangunan dan cara berpakaian Timur mempe ngaruhi seni, gaya bangunan dan cara berpakaian orang Barat. Demikian pila halnya dalam bidang agrikultur, banyak pasukan Perang Salib yang terbiasa dengan produk agrikultur Timur terutama gula yang merupakan makanan termewah di Barat.’’ [34]
4. Kepentingan transportasi para peziarah dan pasukan Perang Salib telah merang sang kegiatan maritime dan perdagangan internasional. Aplikasi kompas terjadi pada kegi atan maritime saat itu meskipun jarum magnetic ditemukan oleh orang Cina, namun pene- muan jarumnavigasi mulai dikembangkan oleh orang Islam.” [35]
5. Disisi lain, kehadiran Barat juga telah mempengaruhi Dunia Islam. Ornamen-ornamen gereja berpengaruh terhadap seni gaya bangunan masjid, seperti terjadi pada masjid Al-Nasr di Kairo. Hal ini membuktikan terjadinya difusi kebudayaan Barat dan Timur pada masa Perang Salib.’’ [36]
6. Menurut Carole Hillenbrand dalam bukunya The Crusade: Islamic Perspective 1999 (Perang Salib: Sudut Pandang Islam), mengungkapkan bahwa Perang Salib dari sudut pandang Barat telah menghasilkan karya-karya yang begitu melimpah dalam waktu lebih dari satu abad. Dampak Perang Salib yang terus dirasakan kaum muslim hingga kini, merupakan sebuah kontribusi yang luar biasa pada kajian sejarah tentang relasi Timur dan Barat.” [37]
7. Bangsa Eropa belajar berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkembang di dunia Islam lalu mengarangnya dalam buku-buku yang bagi dunia Barat tetap terasa mencerah kan. Mereka juga mentransfer industri dan teknologi konstruksi dari kaum muslimin,sehing ga pasca perang salib terjadi pembangunan yang besar-besaran di Eropa. Gustav Lebon berkata: “Jika dikaji hasil perang salib dengan lebih mendalam, maka didapati banyak hal yang sangat positif dan urgen.Interaksi bangsa Eropa selama dua abad masa keberadaan pasukan salib di dunia Islam boleh dikatakan faktor dominan terhadap kemajuan peradab an di Eropa. Perang salib membuahkan hasil gemilang yang tak pernah mereka bayang kan sebelumnya.” [38]
8. Efek negatifnya adalah secara teologis Eropa makin terpolarisasi. Dunia Kristen Barat makin membentengi diri dan bersikap memusuhi terhadap segala yang berasal dari luar. Dan ini berjalan hingga abad 20.Mentalitas perang salib ini juga pernah digunakan be berapa penguasa Barat untuk menekan kaum protestan. Dan pada P D II, Hitler memoti vasi pasukannya dalam melawan Rusia sebagai Perang salib melawan Atheisme” [39]
9. Perang salib menguras aset umat Islam baik harta benda maupun jiwa putra-put ra terbaik. Kemiskinan terjadi karena seluruh kekayaan negara dialokasikan untuk perang. Dekadensi moral terjadi karena perang memakan habis orang laki-laki dan pemuda. Kemu nduran ilmu pengetahuan terjadi karena umat Islam menghabiskan seluruh waktunya untk memikirkan perang sehingga para ulama tidak mempunyai waktu untuk mengadakan pe- nelitian dan nemuan-penemuan karya-karya baru kecuali yang berhubungan dengn dunia perang.” [40]
10. Peperangan salib selama kurang lebih 200 tahun telah memberikan warna ke pada dunia Islam dan Kristen. Utamanya dalam bidang pemikiran, peradaban, ilmu dan tek nologi. Bahkan, sejarah mencatat bahwa perang salib merupakan jembatan awal an tara kebudayaan Islam dan bangsa Eropa.Meskipun terdapat luka sejarah dan sensitifitas yang mengiringi pertautan dua peradaban tersebut. Dan tetap membekas hingga saat ini dima na kurang lebih 8 abad perang salib telah berlalu.” [41]
11. Perang salib yang berlangsung selama sekitar dua abad (1096-1291 M) meng akibatkan Dunia Islam lemah. Inilah salah satu penyebab yang membawa Dinasti Abba siyah menuju hingga tidak mampu mencegah kehancuran pusat peradaban Islam terbesar di dunia, Bagdad, baik secara fisik maupun secara cultural oleh tentara Mongol yang dipim pin oleh Cucu Cenghis, Hulagu Khan (1258 M), di mana banyak orang terbunuh dan jasad mereka dibuang ke sungai Tigris sehingga air sungai menjadi berwarna merah, kemudian berubah lagi menjadi berwarna coklat akibat banyak sekali buku-buku tulisan tangan para ilmuwan yang dibuang ke sungai” [42]
12. Secara tertulis dalam sejarah bahwa Perang Salib sudah berakhir, namun pada hakekatnya belum berakhir, hal ini karena adanya perkembangan gerakan-gerakan selanjutnya merupakan suatu hubungan yang sulit untuk dipisahkan dengan peristiwa besar tersebut. Adapun hubungan Perang Salib dengan gerakan-gerakan yang dimaksud antara lain: 1. Hubungan Perang Salib dengan Orientalisme, 2. Hubungan Perang Salib dengan Kolonialisme, 3. Hubungan Perang Salib dengan Kristenisasi.” [43]
Bahkan hingga saat ini aksi-aksi Penghinaan dan Pelecehan oleh umat Kristiani , Yahudi dan orientalis sangat mencolok terhadap Islam, (baik Ajarannya, Kitab Suci al-Quran, Sunnah Nabi Saw, Umat Islam, dan terlebih lagi terhadap Nabi Besar Muhammad Saw, dsb) dengan berbagai cara dan bentuk penghinaan melalui berbagai media informasi.
Perang salib merupakan salah satu titik balik dari sejarah keemasan ummat Islam. Perang Salib mungkin telah usai, akan tetapi perang salib berikutnya merupakan perang pemikiran. Sebagaimana banyak dikutip oleh ulama dan cendekiawan muslim dunia. Na- mun yang perlu dicermati bahwasanya perang pemikiran tersebut bukan sekedar perang dalam tataran dakwah agama. Melainkan bagaimana memanfaatkan kekuatan pengetahu an, negara, politik, ekonomi dan media untuk menyudutkan umat Islam. Dan harus kita akui bersama, bahwasanya umat Islam sangatlah lemah dalam memanfaatkan perang pe- mikiran tersebut.
Dengan melihat fakta-fakta serta analisa di atas, tampak bahwa dari sisi kaum muslimin perang salib – apapun motif sesungguhnya - selalu hanya berdampak negatif. Namun demikian, jangankan bila diserang, ummat Islam memang harus memikul amanah Qur’an untuk melawan fitnah (kekufuran) dan kezaliman. Dan dewasa ini kapitalisme pimpinan Amerika Serikat adalah bentuk termodern dari kekufuran dan kezaliman itu. Sedang Israel di Palestina adalah front terdepan perang tersebut.
Dari sisi orang-orang Barat, istilah perang salib dihadapi dengan beragam. Pada masyarakat Barat yang sekuler, motivasi religius seperti pada abad 11-13 sudah tak ada lagi. Istilah itu hanya dilontarkan sebagai “penyatu opini” bahwa mereka sama-sama terancam oleh Islam (maka dibuat skenario serangan teror 911 atas WTC), seakan-akan perang salib dimulai oleh kaum muslimin, dan secara militer ummat Islam memang masih memiliki kekuatan yang mampu menggoyang kedigdayaan Barat.
Faktanya, dari sisi manapun, ekonomi, teknologi, militer, ummat Islam sekarang ini berbeda dengan ummat Islam abad 11-13, yang masih memiliki khilafah yang berfungsi bai, serta ekonomi dan teknologi yang lebih maju dari Barat. Sekarang dunia Islam terpecah dalam puluhan negara, yang sebagian besar dipimpin oleh diktator yang berkiblat pada Barat. Mereka tidak mau bersatu, bahkan Mereka tergantung pada ekonomi dan teknologi Barat. Sedang rakyatnya hidup dengan berorientasi pada budaya Barat dan gandrung mengkonsumsi produk industri Barat, dan sebagainya. Mari kaum Muslimin ! Kita selalu mewaspadai Perang Salib Modern …!
F. Penutup
a. Kesimpulan
Perang Salib adalah Perang karena didada seragam merah yang dipakai serdadu Kristiani tergantung / terjahit tanda Salib. Perang Salib merupakan perang super maraton, gerakan spectakuler dari pihak Eropa Barat dengan misi imperialisme, yang ditujukan kepada beberapa wilayah belahan Dunia bagian Timur (khususnya wilayah kekuasaan Islam) pada abad pertengahan sekitar tahun 491--692 H / 1097-1292 M. Dalam perspektif Kristen, perang ini mereka namakan Perang Suci merupakan serangkaian operasi militer terhadap musuh-musuh gereja yang bertujuan membebaskan Tanah Suci Yerusalem dari cengkraman kaum Muslimin.

Sebabkan terjadinya Perang Salib dilatarbelakangi oleh beberapa factor, yaitu ; Faktor Sejarah, Agama, Politik, Sosial Ekonomi, dan factor Fsikologis, terutama dari pihak Kristen. Dalam Perang Salib ini telah melibatkan beberapa kerjaan Eropa seperti; Kerajaan Yerusalem, Kekaisaran Bizantium, Kekaisaran Romawi, Kerajaan Prancis, dan Kerajaan Inggris. Sedangkan Kekhalifahan Islam mencakup Dinasti Abbasiyah berpusat di Bagdad, Umayah di Cordoba / Spanyol, dan Fathimiyah di Mesir, Bani Saljuk di Turki, dan Kesultanan Delhi di India, serta beberapa kerajaan Islam Kecil lainnya saat itu.
Piodesasi terjadinya Perang Salib oleh beberapa Sejarawan ada perbedaan pen- dapat, antara lain priodesasi secara global yaitu; Periode Pertama (1096-1144 M) ini disebut priode panaklukan oleh pihak Kristen terhadap Umat Islam, Periode Kedua (1144-1192 M) Ini disebut priode reaksi Umat Islam, dan Periode Ketiga (1193-1291 M), ini lebih dikenal dengan priode perang saudara kecil-kecilan atau priode kehancuran di dalam pasukan Salib. Sebagian pendapat menjabarkan priodesasi perang salib sebagai berikut ;
a. Perang Salib I (1094-1144 M) f. Perang Salib V (1217–1221 M)
b. Perang Salib II (1144-1193 M) g. Perang Salib VI (1228–1229 M)
c. Perang Salib III (1193-1291 M) h. Perang Salib VII (1248–1254 M)
d. Perang Salib IV (1202-1206 M) i. Perang Salib VIII (1270-1272 M)
e. Perang Salib Anak-Anak (1212 M) j. Perang Salib Lanjutan (1291-1344 M)
Perang Salib atau Crusade akhir abad ke-11 hingga ke-13 pada intinya menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia sebagai berikut :
1. Akibat / Dampak Positif
a. Perang Salib mnyebabkan Eropa kontak langsung dengan Dunia Islam dan mengakibatkan timbulnya Renaissance di Eropa.
b. Menambah kepentingan Eropa di lapangan perniagaan dan perdagangan , seni, dan budaya.
c. Kepentingan transportasi para peziarah dan pasukan Perang Salib telah merang sang kegiatan maritime dan perdagangan internasional.
d. Menghasilkan karya-karya yang melimpah dan merupakan kontribusi yang luar biasa pada kajian sejarah tentang relasi Timur dan Barat.
2. Akibat / Dampak Negatif
a. Secara teologis Eropa makin terpolarisasi. Dunia Kristen Barat makin memben tengi diri dan bersikap memusuhi terhadap segala yang berasal dari luar.
b. Menguras aset umat Islam baik harta benda maupun jiwa putra-put ra terbaik. Kemiskinan dan dekadnsi moral terjadi karena menghabiskan generasi umat.
c. Kemunduran ilmu pengetahuan terjadi karena umat Islam menghabiskan selu ruh waktunya untk memikirkan perang sehingga para ulama tidak mempunyai waktu untuk mengadakan penelitian dan nemuan-penemuan karya-karya baru.
d. Dinasti Abbasiyah menuju kehancuran pusat peradaban Islam terbesar di dunia, Bagdad, secara fisik banyak orang terbunuh dibuang ke sungai Tigris menjadi merah, ke mudian berwarna coklat akibat buku-buku tulisan tangan ilmuwan dibuang ke sungai tsb.
e. Sekarang bermunculan gerakan-gerakan bernuansa salib seperti ; Orientalisme, Kolonialisme, danKristenisasi, serta Penghinaan luar biasa terhadap Islam dengan berba gai cara dan bentuk melalui berbagai media.
f. Faktanya, kondisi sosial, ekonomi, budaya, militer, iptek dan politik kenegaraan dunia Islam sekarang terpecah dalam puluhan negara, yang sebagian bedipimpin oleh diktator bersurban yang berkiblat pada Barat dengan egois, sedang rakyatnya hidup bergelimang dengan budaya serta mengkonsumsi produk industri Barat, dan sebagainya. Mari kaum Muslimin ! Kita selalu mewaspadai, dan siap berjihat dalam Perang Salib Modern …!
b. Saran

Pemakalah menyadari bahwa Topik Makalah Perang Salib Sebab dan Akibatnya ini sangat menarik dan rasa terobsesi untuk lebih mendalami dan menelaah dengan penuh semangat panatisme Islami, namun juga emosional terhadap pihak-pihak yang memusuhi Islam.
Banyak kekurangan pada makalah ini, baik format, teknis penulisan, teknik kutipan maupun cakupan materinya yang tidak repsentatif. Karenanya pemakalah mengharapkan kepada semua pihak pembaca , terutama pembahas dalam forum diskusi kelas dapat mencermati, mengoreksi, mmemberi masukan dan perbaikan untuk lebih menyem purna kan isi makalah ini.
Terima kasih.

DAFTAR LITERATUR



Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2007

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Badri Rasyidi, Sejarah Peradaban Islam, CV.Armico, Bandung, 1987

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006
Carole Hillenbrand, The Crusade; Islamic Perspectives ( Perang Salib; Sudut Pandang Islam ), Penerjemah: Heryadi, Serambi, Jakarta; 2005
Hyphatia Cneajna, Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib, Navila Idea, Yogyakarta, 2007
Muhlis, Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress. com/2007/08/

Perang Salib, http://id.wikipedia.org/wiki.
Suci Nastiti, Perang Salib Memandang Masa Kini dengan Membaca Kembali Masa Lalu, conformeast.multiply.com
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid 4, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2001,
Tim Penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 7, PT. Ikhtiar Baru, Jakarta, 2005
[1] Carole Hillenbrand, The Crusade; Islamic Perspectives ( Perang Salib; Sudut Pandang Islam ), Penerjemah: Heryadi, Serambi, Jakarta; 2005

[2] Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/
[3] I b i d , 4 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 h 136


[5] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 h. 136-137
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 76-77
[7] I b i d ,
[8] Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/
[9] I b i d
[10] I b i d
[11] I b i d
[12] I b i d

[13] Suci Nastiti, Perang Salib Memandang Masa Kini dengan Membaca Kembali Masa Lalu, conformeast.multiply.com
[14] Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/

[15] I b i d
[16] I b i d
[17] I b i d
[18] Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2001, Jilid 4, h. 241.

[19] Muhlis, Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/

[20] Hyphatia Cneajna, Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib, Navila Idea, Yogyakarta, 2007
[21] Perang Salib, http://id.wikipedia.org/wiki.

[22] I b i d ,

[23] I b i d ,
[24] I b i d ,
[25] Badri Rasyidi, Sejarah Peradaban Islam, CV. Armico, Bandung, 1987, hlm. 86-87.
[26] Perang Salib, http://id.wikipedia.org/wiki.
[27] I b i d ,
[28] I b i d ,
[29] I b i d ,
[30] I b i d ,
[31] Tim Penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 7, PT. Ikhtiar Baru, Jakarta, 2005, hlm. 4
[32] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 141
[33] I b i d, hlm. 414
[34] I b i d, hlm. 414
[35] I b i d, hlm. 414
[36] I b i d, hlm. 414
[37] Perang Salib, http://id.wikipedia.org/wiki
[38] I b i d
[39] I b i d
[40] I b i d
[41] I b i d
[42] Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2007, hlm. 161.
[43] Muhlis, Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://.wordpress.com/2007/08/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar