Selasa, 30 Juni 2009

MAKALAH : SEJARAH PERADABAN DUNIA ISLAM

PERANG SALIB ; SEBAB DAN AKIBATNYA

Oleh : Drs. Bahruny DP

A. Pendahuluan
Jika kita membuka lembaran sejarah, mungkin tidak ada kejadian yang lebih memilukan dan begitu dahsyat dampak jangka panjangnya bagi peradaban daripada Perang Salib (Crusade). Perang yang terjadi antara 1094 hingga 1291 dan melibatkan kekuatan Eropa (Kristen) melawan kekuatan Timur (Muslim) di bawah imperium Bani Abbasiyah itu tercatat sebagai salah satu perang terbesar dan terlama sepanjang masa. Kekejaman perang tersebut telah menelan korban baik jiwa maupun materi yang tidak terhitung banyaknya.
Carole Hillenbrand, dalam bukunya The Crusade; Islamic Perspectives (Perang Salib, Sudut Pandang Islam) menegaskan bahwa, telah terjadi distorsi dalam banyak literatur sejarah tentang Perang Salib yang ditulis sejarawan Eropa dan para orientalis. Selama berabad-abad, sejarah Perang Salib telah dijadikan sebagai propaganda penaklukan Eropa terhadap Islam dan dengan cara sedemikian rupa membentuk opini umum masyarakat Barat hingga saat ini terhadap Islam sebagai ’setan’ yang harus dimusuhi dan diperangi. Sebab, data sejarah yang diungkapkan bersifat sepihak dan tidak mempertimbangkan kemungkinan lain yang bisa ditemukan dalam berbagai literatur Islam. Akibatnya, lahirlah kesalahpahaman yang berlangsung selama berabad-abad.[1]
Untuk lebih memahami kebenaran sejarah peristiwa Perang Salib, maka banyak aspek pendukung yang harus dikemukakan dan dicermati mengingat Crusade tersebut berlangsung dari abad ke 11-13, bahkan sebagian pakar dari berbagai kalangan yang berkompeten mencermati dan berkesimpulan bahwa Crusade berlangsung dari abad ke-11 hingga sekarang.
Dari uraian di atas relevansinya dengan Makalah ini berjudul “Perang Salib : Sebab dan Akibatnya”, (Sebab dan Akibat Perang Salib) merupakan Sub materi Dinasti Abbasiyah dalam Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam, disini Pemakalah membatasi ruang lingkup paparan materi sesuai dengan kapasitas yang ditentukan, yaitu hanya mencakup ; Pendahuluan, Pengertian Prang Salib, Seba-Sebab Terjadinya Perang Salib, Ringkasan Periodesasi Perang Salib, Akibat dari Peristiwa Perang Salib, dan Penutup. Materinya dikutip dari beberapa sumber literature, ( buku dan ensiklopedi ), serta media elektronik ( website internet ).
B. Pengertian Perang Salib
Kata Salib berasal dari bahasa Arab (salibun) yang berarti kayu palang/silang (Heuken, 1994:231). Peperangan tersebut disebut dengan Perang Salib karena didada seragam merah yang dipakai serdadu Kristiani tergantung/terjahit tanda Salib, sehingga umat Islam yang diperangi menyebutnya dengan nama perang Salib (Arsyad, 1993:132). Perang Salib merupakan sebuah perang super-maraton yang berlangsung sepanjang sekitar 200 tahun (Tahun 491--692 H / 1097--1292 M), Dalam perspektif Kristen, perang ini merupakan serangkaian operasi militer terhadap musuh-musuh gereja yang bertujuan membebaskan Tanah Suci Yerusalem dari cengkraman kaum Muslimin [2]

Menurut Dr. Said Abdul Fattah Syukur, Perang Salib; “Adalah merupakan gerakan spectakuler dari pihak Eropa Barat dengan misi imperialisme murni, yang ditujukan kepada beberapa negeri di belahan Dunia bagian Timur (khususnya negara-negara Islam) pada abad pertengahan, gerakan dengan bentuknya yang khas ini, pada akhirnya berhasil pula mempengaruhi dan memporak-porandakan segala aspek kehidupan bangsa dari negeri-negeri yang menjadi sasarannya, baik sosial, ekonomi, intelektual, budaya maupun religius” (Syukur, 1993:57).[3] Perang Salib oleh Umat Kristen mereka namakan ; Perang Suci, Pihak Muslimin sebagian namakan Perang Sabil, dan menurut dalam kamus bahasa Inggeris dinamakan Crusade (kruw’seid), yang berarti 1.perjalanan perang salib, 2.usaha pembasmian atau pemberantasan.
C. Sebab-Sebab Perang Salib
Dalam buku Study of Islamic History, oleh Amir. K. Ali yang dikutip oleh Ajid Thohir dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, dipaparkan tentang Sebab-Sebab Perang Salib, bahwa “Sejak berdirinya kekuasaan Islam, orang-orang Kristen diberi kekuasaan beragama dan berbagai jabatan dalam pemerintahan. Ketika Yerussalem dan Syria di bawah kekuasaan Dinasti Fatimiyah dari Mesir, penguasa Mesir mendorong perniagaan dan perdagangan Kristen. Akan tetapi, segala hak istimewa dan toleransi tersebut tidak bias menentramkan orang Kristen yang menganggap kehadiran orang Islam di Yerussalem sebagai sesuatu hal yang tidak disukai. Inilah yang menjadi penyebab utama munculnya Perang Salib, selain factor-faktor yang lain.[4]
Ada beberapa penyebab lain terjadinya Perang Salib menurut Amir. K. Ali Dalam bukunya Study of Islamic History, yaitu sebagai berikut :
1. Perang Salib terjadi karena adanya konflik lama antara Timur dengan Barat, dalam hal ini antara orang Islam dengan orang –orang Kristen untuk saling menguasai. Pemunculan Islam yang cepat menimbulkan suatu goncangan bagi seluruh Kristen Eropa sehingga pada abad XI pasukan orang Kristen Barat diarahkan untuk melawan Islam.
2. Pelaksanaan ziarah orang Kristen di Yerussalem semakin bergairah pada abad XII dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Karena Yerussalem dan Palestina dibawah kekuasaan Turki, tidak jarang para jamaah Kristen mendapat perlakuan yang tidak baik dan dirampok. Informasi mengenai perlakuan demikian cendrung berkembang dan secara berlebihan sehingga menimbulkan reaksi keras dari orang Kristen di seluruh dunia.
3. Pada masa itu (abad XII) , Eropa Kristen ditandai oleh kekacauan feodalisme. Raja dan Pangeran terlibat perang satu sama lain, sehubungan dengan itu, orang Kristen dengan dukungan Paus berusaha memanfaatkan semangat perang internal agama menjadi perang antar agama. Dalam hal ini semangat perang orang Kristen disalurkan untuk memerangi orang Islam.[5]
4. Menurut Hassan Ibrahim Hassan dalam bukunya Tarikh Al-Islam, yang dikutip oleh Dr. Badri Yatim, MA dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, halaman 76 tersirat sebab terjadinya Perang Salib, bahwa …”peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart (464 H /1071 Masehi). Tentara yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi, Ghuz, Al-akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib. [6]
5. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Saljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H / 1076 M dari kekuasaan Dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah kesana (Bait Al-Maqdis). Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke Tanah Suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga Priode.[7]
6. Perang Salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri Barat (pihak Kristen) dan negeri Timur (pihak Muslim) yang mana pada akhir-akhir ituperkembangan dan kemajuan umat Islam sangat pesat, sehingga menimbulkan kecemasan bagi para tokoh Barat Kristen dan didorong oleh rasa kecemasan itulah mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan Muslim.[8]
7. Munculnya kekuatan Bani Seljuk yang berhasil merebut Asia kecil dan Baitul Maqdis setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071 M dan Dinasti Fathimiah tahun 1078 M. Kekuatan Seljuk di Asia kecil dan Yersussalem tersebut dianggap sebagai halangan bagi pihak Kristen untuk melaksanakanHaji ke Baitul Maqdis. Padahal pada pemerintahan Bani Seljuk, umat Kristen diberi kebebasan untuk melakukan haji.Namun dipihak Kristen ada yang menyebarkan fitnah bahwa Turki Seljuk telah melakukan kekejaman terhadap jamaah Kristen sehingga hal tersebut menimbulkan amarah umat Kristen -Eropa.[9]
8. Pasukan Muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah semenjakabad ke-10. Hal tersebut menyebabkan para pedagang Pisa, Vinesia dan Genoa merasa terganggu sehingga satu-satunya jalan yang ditempuh untuk memperluas perdagangan mereka adalah dengan mendesak kekuatan Muslim dari laut tsb.,[10]
9. Propaganda Alexius Comnesius kepada Paus Urbanus II untuk membalas kekalahannya dalam peperangan melawan Pasukan Seljuk. Paus Urbanus II segera meniupkan taufan fanatisme keagamaan untuk menyalakan Perang Salib besarsehingga seruannya tersebut disambut oleh ribuan massa Prancis dan Normandia.Hal ini terjadi karena Paus merupakan sumber otoritas tertinggi di Barat yangdidengar dan ditaati propagandanya. [11]
10. Perang Salib menurut beberapa pakar sejarah dinilai merupakan kelanjutan misi keagamaan dari para peziarah Kristen ke tempat-tempat suci mereka (Yerussalem), yang dahulunya dibawah bendera perdamaian, pada perkembangannya berubah niat membawa misi perang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rombongan peziarah dibawah pimpinan Mitaz tahun 1064 M yang memimpin 7.000 peziarah bersenjata lengkap, lantaran termakan isu bahwa penguasa Yerussalem (waktu itu Bani Saljuk) telah melakukan penganiayaan terhadap para peziarah yang beragama Kristen. [12]
11. Al-Wakil menuliskan bahwa sebab-sebab yang mendorong orang-orang Kristen terjun ke medan perang selama bertahun-tahun adalah ;
1) Penyebab utama perang salib adalah kedengkian orang-orang Kristen kepada Islam dan umatnya. Umat Islam berhasil merebut wilayah-wilayah strategis yang sebelumnya mereka kuasai (terutama di Timur Tengah). Mereka menunggu kesempatan yang tepat untuk meraih apa yang hilang dari tangannya, balas dendam terhadap umat yang mengalahkannya. Kesempatan itu datang ketika umat Islam lemah dan kehilangan jati dirinya yang kuat yang sebelumnya meredam perpecahan dan menyatukan langkah. Para tokoh agamawan Kristen bangkit menyerukan pembersihan tanah-tanah suci di Palestina dari tangan-tangan kaum muslimin dan membangun gereja dan pemerintahan Eropa di dunia Timur. Perang mereka dinamakan perang salib karena tentara-tentara Kristen menjadikan salib sebagai simbol obsesi suci mereka dan meletakkannya di pundak masing-masing.
2) Perasaan keagamaan yang kuat. Orang-orang Kristen meyakini kekuatan gereja dan kemampuannya untuk menghapus dosa walau setinggi langit.
3) Perlakuan in-toleran orang-orang Saljuk terhadap orang-orang Kristen dan para peziarah Kristen yang menuju Yerusalem. Orang-orang Saljuk adalah penguasa wilayah Turki yang relatif belum lama memeluk Islam dan belum begitu memahami syariat Islam dalam memperlakukan agama lain.
4) Ambisi Sri Paus yang ingin menggabungkan gereja Timur (ortodoks) dengan gereja Katolik Roma. Paus ingin menjadikan dunia Kristen seluruhnya menjadi satu negara agama yang dipimpin langsung Sri Paus.
5) Kegemaran tokoh-tokoh dan tentara Kristen untuk berpetualang ke negara lain dan mendirikan pemerintahan boneka di sana.
Bagi para pemimpin Kristen, kondisi waktu itu sangat tepat untuk memulai serangan ke dunia Islam, karena:
1) Ada kelemahan dinasti Saljuk, sehingga “front” terdepan dunia Islam terpecah belah.
2) Tidak adanya orang kuat yang menyatukan perpecahan umat Islam. Khilafah de facto terbagi sedikitnya menjadi tiga negara: Abbasiyah di Bagdad, Umayah di Cordoba dan Fathimiyah di Kairo.
3) Beberapa kabilah pesisir telah masuk agama Kristen seperti Genoa dan Venezia, dan ini memuluskan jalan antara Eropa dan negara-negara Timur.
4) Kemenangan Sri Paus atas raja sehingga Sri Paus memiliki kekuatan mengendalikan para raja dan gubernur di Eropa.[13]
Ada sumber lain memaparkan bahwa Perang Salib terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor Sejarah Faktor sejarah dapat digambarkan bahwa Peristiwa (awal) penting terkait de ngan perang salib, adalah ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan yaitu peristwa Manzikart tahun 1071 M ( 464 H ). Tentara Alp Arselan yang berkekuatan 15.000 prajurit berhasil mengalahkan tentara ber jumlah 200.000 orang; yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dr. Badri Yatim, M.A. menyebutkan bahwa peris tiwa tersebut menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang kristen terha dap umat Islam. Pada tahun 1076 M (471 H) Dinasti Seljuk dapat merebut Baital Maqdis dari kekua saan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk, kha lifah Abdul Hakim, menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah kesana. Peraturan tersebut dirasakan sangat memberatkan mereka. Jauh sebelum kedua peris tiwa di atas terjadi; diperkirakan pada tahun 1009 terse bar berita di Eropa bahwa Gereja Sepulcher dihancurkan oleh penguasa Mesir, Al-Hakim bin Amrallah . Kemudian Pada tahun 1085 raja-raja Kristen di Spanyol Ut ara melancarkan serangan untuk merebut Spa nyol dari tangan orang Islam. Gagas an menolong Byzantium, yang sedang diserang ten tara Turki, dan membebaskan Palestina telah dilontarkan oleh Paus Gregorius VII (1073-1085). Namun, hal terse but terhambat oleh perpecahan antara Byzantium dan Paus di mana kedua belah pihak saling mengutuk dan melakukan tekanan kekuasaan; yang dimu lai sejak pa da tahun 1054.[14]
b. Faktor Agama
Direbutnya Baitul Maqdis (471 H) oleh Dinasti Seljuk dari kekuasaan Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir menyebabkan kaum KRISTEN merasa tidak bebas dalam menunaikan ibadah di tempat sucinya. Ketika idealisme keagamaan mulai menguap, para pemimpin politik KRISTEN tetap saja masih berfikir keuntungan yang dapat diambil dari konsepsi mengenai Perang Salib, dan untuk memperoleh kembali keleluasaannya berziarah ke tanah suci Yerussalem. Pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristiani di Eropa supaya melakukan perang suci. Seruan Paus Urbanus II berhasil memikat banyak orang-orang KRISTEN karena dia menjanjikan sekaligus menjamin, barang siapa yang melibatkan diri dalam perang suci tersebut akan terbebas dari hukuman dosa.[15]

c. Faktor Politik
Kekalahan Byzantium(Constantinople/Istambul) di Manzikart pada tahun 1071 M, dan jatuhnya Asia kecil dibawah kekuasaan Saljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comneus (kaisar Constantinople) untuk meminta bantuan Paus Urbanus II, (1035-1099) menjadi Paus (1088-1099) dalam usahanya untuk mengem balikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Saljuk. Dilain pihak Perang Salib merupakan puncak sejumlah konflik antara negara-negara Barat dan negara-negara Timur, maksudnya antara umat Islam dan umat KRISTEN. Dengan perkembagan dan kemajuan yang pesat menimbulkan kecemasan pada tokoh-tokoh Barat, sehingga mereka melancarkan serangan terhadap umat Islam. Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa KRISTEN di Eropa untuk merebut satu-persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti Mesir, Yerussalem, Damascus, Edessca dan lain-lainnya.[16]

d. Faktor Sosial Ekonomi
Semenjak abad ke X, kaum muslimin telah menguasai jalur perdagangan di laut tengah, dan para pedagang Eropa yang mayoritas Kristen merasa terganggu atas kehadiran pasukan muslimin, sehingga mereka mempunyai rencana untuk mendesak kekuatan kaum muslimin dari laut itu. Hal ini didukung dengan adanya ambisi yang luar biasa dari para pedagang-pedagang besar yang berada di pantai Timur laut tengah (Venezia, Genoa dan Piza) untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan laut tengah, sehingga dapat memperluas jaringan dagang mereka, Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka, karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut.[17]

D. Periodenisasi Perang Salib
Para sejarawan saling berbeda pendapat dalam menetapkan periodesasi Perang Salib termasuk batasan waktu atau tahunnya. Misalnya ; Prof. Ahmad Syalabi (penulis buku At-Tarikh Al-Islami wa Al-Hadarah Al-Islamiyah atau Sejarah dan Kebudayaan Islam Mesir) membagi periodesasi Perang Salib itu atas tujuh periode. Sementara itu Philip K. Hitti (Orientalis) yang menulis buku The History of the Arabs memandang Perang Salib berlangung terus-menerus dengan kelompok-kelompok yang bervariasi, kadang-kadang bersekala besar dan tidak jarang pula bersekala kecil. Meskipun demikian, Hitti berusaha membuat periodesasi Perang salib dengan menyederhanakan pembagiannya dalam tiga priode, yaitu ….Priode Pertama, ini disebut periode penaklukan (1096-1144 M), Periode Kedua, ini disebut periode reaksi Umat Islam (1144- 1192 M), dan Periode Ketiga, ini dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan salib (1193 hingga 1291 M;[18].
Sebagian sumber mengemukakan bahwa peristiwa Perang Salib terdiri atas Tiga Periodesasi sebagai berikut :
1. Periode Pertama (1096 - 1144 M)
Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli 1099 M.) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M.), Tripoli (1109 M.) dan kota Tyre (1124 M.). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, Rajanya adalah Raymond.
2. Periode Kedua (1144 - 1192 M)
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Numuddin Zanki. Numuddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali. Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Numuddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Numuddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.
3. Periode Ketiga (1193 - 1291 M)
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al- Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al- Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.[19]
Dalam sumber lain dipaparkan periodesasi Perang Salib lebih rinci dan lebih berkembang lagi, yakni terbagi atas 8 (delapan) periode, kemudian berlanjut dengan sebutan Perang Salib Lanjutan (1291-1344 M), bahkan dalam sebuah literatur … telah mengungkap misteri “ Pembantaian Umat Islam Dalam Perang Salib ; Kisah Kibiadaban Count Dracula Yang disembunyikan Selama 500 Tahun (hingga abad XV)” [20]. Adapun delapan Periodesasi Perang salib dimaksud sebagai berikut :

1. Perang Salib I (1094-1144 M) [21]
Periode pertama Perang Salib disebut sebagai periode penaklukan. Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II, berhasil membangkitkan semangat umat KRISTEN, terutama akibat pidato Paus Urbanus II, pada consili clermont pada tanggal 26 November 1095, yang intinya mewajibkan untuk melakukan Perang Salib bagi umat Kristiani sehingga terbentuk kaum Salibin. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat Kristiani.
Hasan Ibrahim (sejarawan penulis buku Tarikh Al-Islam) menggambarkan gerakan ini sebagai gerombolan rakyat jelata yang tidak mempunyai pengalaman berperang, gerakan ini dipimpin oleh Pierre I’ermite. Di sepanjang jalan menuju Constantinople mereka membuat keonaran bahkan terjadi bentrok dengan penduduk Hongaria dan Byzantium. Dengan adanya fenomena ini Dinasti Saljuk menyatakan perang terhadap gerombolan tersebut, sehingga akhirnya gerakan pasukan Salib dapat mudah dikalahkan.
Berawal dari kekalahan pihak kristiani Godfrey of Buillon mengambil alih kepemimpinan pasukan Salibin, sehingga mengubah kaum Salibin menjadi ekpedisi militer yang terorganisasi rapi. Dalam peperangan menghadapi pasukan Godfrey, pihak Islam mengalami kekalahan, sehingga mereka berhasil menduduki Palestina (Yerussalem) pada tanggal 07 Juni 1099. Pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran selama satu minggu terhadap umat Islam disamping itu mereka membumi hanguskan bangunan-bangunan umat Islam, sebelum pasukan ini menduduki Baitul Maqdis, mereka terlebih dahulu menaklukkan Anatolia, Tartur, Aleppo, Tripoli, Syam, dan Acre (Ahmad, 1999:124).
Kemenangan pasukan Salib dalam periode ini telah mengubah peta situasi Dunia Islam kawasan itu. Sebagai akibat dari kemenangan itu, berdirilah beberapa kerajaan Latin-Kristen di Timur, yaitu kerajaan Baitul Maqdis (1099 M) di bawah pemerintahan Raja Godfrey, Edessa (1098 M) diperintah oleh Raja Baldwin, dan Tripoli (1109 M) dibawah kekuasaan Raja Raymond. Perang Salib I ditandai oleh bangkitnya kerajaan Seljuk (Turki) yang memasuki Armenia, Asia kecil dan Syria, kemudian menyapu daerah kawasan Byzantium (Romawi) memporakporandakan angkatan perangnya di pertempuran Mazikert dan sepanjang laut tengah yang pada masa Alip Arselan dan Malik Syah, Yerussalempun dicaplok. Maka dari itu, Konstantinopel dibawah kepala gereja Hildeband yang menaiki tahta sebagai Paus Gregorius VII memohon bantuan dari para raja ksatria dan penduduk umumnya, sebab penakluk-penakluk dari Bani Seljuk itu dianggap berlaku kejam dan menindas orang-orang KRISTEN yang datang beribadah ke Baitul Maqdis.(Arsyad, 1993:77).
Akan tetapi pada tahun 1095 M baru bisa menghimpun kekuatan sebesar 300.000 orang, atas usaha dari penggantinya yaitu Paus Urbanus II yang dibantu oleh guru bahasanya yaitu Peter, Sang Pertapa atau Peter Amiens. Peterlah yang menyerukan kepa da seluruh raja dan pembesar raja Eropa-KRISTEN bersatu untuk memerangi Islam atas nama agamanya yang suci. Peter terus berkelana sambil terus berkampanye untuk itu.
Pada akhir tahun 1096 M dan awal tahun 1097 M, sekitar 150.000 tentara Salib sampai di Konstantinopel dibawah pimpinan Gadefroy, Bohemond dan Raymond. Pada awal tahun 1097 M tentara Salib mulai menyebrangi selat Bosporus lalu mengepung kota Niceae dan setelah dikepung selama sebulan, akhirnya kota jatuh ke tangan mereka pada tanggal 18 Juni 1097 M serta mereka dapat mengalahkan tentara Kalij Arsalan dari Bani Saljuk di Asia kecil. Pada tanggal 15 Juli 1099 tentara Salib mengepung Yerussalem selama tujuh hari dengan menyembelih tak kurang dari 70.000 umat Islam, dan pada saat itu pula Yerusalem dan kota-kota sekitarnya takluk. Kemudian tentara Salib mendirikan empat kerajaan KRISTEN yaitu di tanah suci Baitul Maqdis, Enthiokhie, Raha dan Tripolisyam, sedangkan Nicola dikembalikan pada Kaisar Byzantium.

b. Perang Salib II (1144-1193 M) [22]
Perang Salib II juga terjadi sebab bangkitnya Bani Seljuk dan jatuhnya Halab (Aleppo), Edessa, dan sebagian negeri Syam ke tangan Imaddudin Zanky (1144 M). Setelah Imaduddin Zanky meninggal, ia digantikan oleh puteranya yang bernama Nuruddin dan dibantu oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi hingga tahun 1147 M.
Perang Salib II ini dipimpin oleh Lode wiyk VII atau Louis VII (Raja Perancis), Bernard de Clairvaux dan Concrad III dari Jerman. Laskar Islam yang terdiri dari bangsa Turki, Kurdi dan Arab dipimpin oleh Nuruddin Sidi Saefuddin Gazi dan Mousul dan dipanglimai oleh Shalahuddin Yusuf ibn Ayyub. Pada tanggal 4 Juli 1187 terjadi pertempuran antara pasukan Shalahuddin dengan tentara Salib di Hittin dekat Baitul Maqdis. Dalam pertempuran ini kaum muslimin dapat menghancurkan pasukan Salib, sehingga raja Baitul Maqdis dan Ray Mond tertawan dan dijatuhi hukuman mati. Kemenangan Shalahuddin dalam peperangan ini memberikan peluang yang besar untuk merebut kota-kota lainnya.Termasuk Baitul Maqdis, Yerussalem, Al Qudus.
Pada saat kota Yerussalem direbut tentara Salib, mereka melakukan pembunuhan besar-besaranterhadaporangIslam, tetapi ketika kota itu direbut kembali oleh Shalahud din, kaum muslimin tidak melakukan pembalasan terhadap mereka, bahkan memper laku kan mereka dengan baik dan lemah lembut. Pada saat Baitul Maqdis kembali keta ngan Umat Islam kembalilah suara adzan berkumandang dan lonceng gereja berhenti berbunyi serta Salib emas diturunkan dari kubah sakrah (Abyan dan Nurhuzaina, 1987:152).
Dalam periode ini disebut sebagai periode reaksi umat Islam atas jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib telah membangkitkan kesa daran kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi kaum Salibin. Di bawah komando Imaduddin Zangi, Gubernur Mousul, kaum muslimin bergerak maju membendung serangan pasukan Salib bahkan mereka berhasil merebut kembali Aleppo, Adessa (Ar-Ruha’) pada tahun 1144 M. Setelah Imaduddin Zangi wafat, posisinya digan tikan putranya Nuruddin Zangi, dia meneruskan perjuangan ayahnya untuk membebaskan negara-negara Timur dari cengkraman kaum Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan antara lain Damascus (1147 M), Antiokia (1149 M) dan Mesir (1169 M).
Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan, terutama setelah munculnnya Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (Salahuddin) di Mesir, yang berhasil membe baskan Baitul Maqdis pada tanggal 2 Oktober 1187. Hal ini membuat kaum Salibin untuk membangkitkan kembali basic kekuatan mereka sehingga mereka menyusun kekuatan dan mengirim ekspedisi militer yang lebih kuat. Dalam ekspedisi ini dikomando oleh raja-raja Eropa yang besar, Frederick I (The Lion Hearted, Raja Inggris) dan Philip II (Augustus, Raja Prancis). Ekpedisi militer Salib kali ini dibagi dalam beberapa devisi, sebagian menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin devisi darat tewas tenggelam dalam penyebrangannya di sungai Armenia, dekat kota Ar-Ruha’, sebagian tentaranya kembali kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan perjalanannya di bawah pimpinan putra Frederick.
Adapun devisi yang menempuh jalur laut menuju Sicilia yang dipimpin Richard dan Philip II, disana mereka bertemu dengan pasukan Salahuddin, terjadilah peperangan sengit, karena kekuatan tidak berimbang, maka pasukan Salahuddin mundur, dan Kota Acre ditinggalkan oleh Pasukan Salahuddin dan menuju ke Mesir untuk mempertahankan daerah itu. Dalam keadaan demikian kedua belah pihak melakukan gencatan senjata dan membuat suatu perjanjian damai, inti perjanjian damai tersebut adalah: “Daerah pedalaman akan menjadi milik kaum muslimin dan umat KRISTEN, yang akan berziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya, sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan Jaffa berada di daerah kekuasaan tentara Salib.” Tidak lama kemudian setelah perjanjian disepakati, Salahuddin wafat bulan Safar 589 H atau Februari 1193 M.

c. Perang Salib III (1193-1291 M)[23]
Perang Salib III ini timbul sebab bangkitnya Mesir dibawah pimpinan Shalahuddin, berkat kesuksesannya menaklukkan Baitul Maqdis dan kemampuannya mengatasi angkatan-angkatan perang Prancis, Inggris, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya. Kejadian tersebut dapat membangunkan Eropa-Barat untuk menyusun angkatan Perang Salib selanjutnya atas saran Guillaume. Perang Salib III ini dipimpin oleh Kaisar Fredrick I Barbarosa dari Jerman Philip II August (Raja Prancis dan Inggris), Richard The Lion Heart. Ketika itu pasukan Jerman sebanyak 100.000 orang dibawah pimpinan Frederick Barbarosa, tetapi nasibnya sangat malang, ketika ia menyeberang, sebuah sungai yang jeram di Sisilia-Armenia ia mati tenggelam sehingga pasukannya kehilangan pemimpin dan pasukannya patah semangat, akhirnya pasukan tersebut ada yang memilih kembali ke negerinya dan ada pula yang terus untuk bergabung dengan pasukan lainnya. Tentara Inggris dan Prancis bertemu di Saqliah dan disini juga terjadi perselisihan antara Philiph dengan Richard yang akhirnya mereka kembali sendiri-sendiri. Richard mengambil jalan melalui Cyprus dan Philiph langsung menuju Palestina dan mengepung Akka. Akhirnya Akka dan Yaffa jatuh ditangan tentara Salib tetapi tidak bisa menduduki Baitul Maqdis dan dibuatlah perjanjian damai antara kedua belah pihak di Ramlah atau dapat disebut perjanjian Ar-Romlah (Hasan, 1967:99). Tidak lama setelah perdamaian tersebut Shalahuddin wafat, dan digantikan oleh saudaranya Sultan Adil. Shalahuddin wafat setelah berhasil mempersatukan umat Islam dan mengembalikan Baitul Maqdis ke tangan umat Islam.
Periode ini lebih dikenal dengan periode perang saudara kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib sendiri. Hal ini disebabkan karena periode ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat material, dari motivasi agama.Tujuan mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis seolah-olah mereka lupakan, hal ini dapat dilihat ketika pasukan Salib yang disiapkan menyerang Mesir (1202-1204 M) ternyata mengubah haluan menuju Constantinople, kota ini direbut dan diduduki lalu dikuasai oleh Baldwin sebagai rajanya yang pertama. Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah yaitu munculnya pahlawan wanita yang terkenal dan gagah berani yaitu Syajar Ad-Durr, dia berhasil menghancurkan pasukan Raja Lois IX, dari Prancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Dalam periode ini pasukan Salib selalu menderita kekalahan. Meskipun demikian mereka telah mendapatkan hikmah yang sangat besar, mereka dapat mengetahui kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya, bahkan kebudayaan dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisansce di Barat.

d. Perang Salib IV (1202-1206 M)[24]
Tentara Salib berpendapat bahwa jalan untuk merebut kembali Baitul Maqdis adalah harus dikuasai terlebih dahulu keluarga Bani Ayyub di Mesir yang menjadi pusat per satuan Islam ketika itu. Oleh karena itu kaum Salib memusatkan perhatian dan kekuatannya untuk menguasai Mesir.(Sou’yb, 1978:98). Akan tetapi Perang Salib IV ini dilakukan atas kerja sama dengan Venesia dan bekas kaisar Yunani. Tentara Salib menguasai Konstatinopel (1204 M) dan mengganti kekuasaan Bizantium dengan kekuasaan latin disana. Pada waktu itu Mesir diperintah oleh Sultan Salib, maka dikuatkanlah perjanjian dengan orang-orang Kristen pada tahun 1203-1204 M dan 1210-1211 M. Isi perjanjian itu adalah mempermudah orang Kristen ziarah ke Baitul Maqdis dan menghilangkan permusuhan antara kedua belah pihak.

e. Perang Salib Anak-Anak (1212 M) [25]
Pada tahun 1212-1216 M dibenbtuklah angkatan Salib Anak-anak (Childrens Crusade). Faktor pendorng terbentuknya adalah timbulnya pendapat bahwa kegagalan Angkatan-Angkatan Salib sebelumnya adalah karena banyak anggota pasukan (Kristen) yang penuh dosa. Maka perlu dibentuk pasukan anak-anak (sekitar 50.000 lk dan prp), yang diharapkan lebih berhasil, karena mereka masih bersih dan murni. Tetapi hasilnya gagal total sebelum bertempur, karena mereka kekurangan bekal ditengah perjalanan sehingga sangat memilukan banyak yang mati kelaparan, sedangkan yang masih hidup terpaksa dijual sebagai budak belian pada pelabuhanpelabuhan yang disinggahi kapal pengangkutnya.

f. Perang Salib V (1217–1221 M) [26]
Perang Salib V tetap berada di Konstantinopel dan tidak henti-hentinya terjadi konflik dengan pihak Kaisar. Perang Salib V dipimpin oleh Jeande Brunne Kardinal Pela gius serta raja Hongaria, meskipun pada tanggal 5 November 1219 kota pelabuhan Dami etta mereka rebut, namun dalam perjalanan ke Kairo pada tanggal 24 Juli 1221 mereka membuat kekacauan di Al Masyura ( tepi sungai Nil) kemudian mereka pulang kampung.

g. Perang Salib VI (1228–1229 M) [27]
Perang Salib VI dipimpin oleh Frederick II dari Hobiens Taufen, Kaisar Jerman dan raja Itali dan kemudian menjadi Raja muda Yerussalem lantaran berhasil menguasai Yerussalem tidak dengan perang tapi dengan perjanjian damai selama 10 tahun dengan Sultan Al-Malikul Kamil, keponakan Shalahuddin al-Ayyubi, namun 14 tahun kemudian yakni pada tahun 1244 kekuasaan diambil alih Sultan Al Malikul Shaleh Najamuddin Ayyub beserta Kallam dan Damsyik.

h. Perang Salib VII (1248–1254 M) [28]
Peperangan ini dipimpin oleh Raja Louis IX dari Perancis pada tahun 1248, namun pada tahun 1249 tentara Salib berhasil menguasai Damietta (Damyat). Dimasa inilah pemimpin angkatan perang Islam, Malikul Shaleh mangkat kemudian digantikan putranya Malikul Asraff Muzafaruddin Musa. Ketika Louis IX gagal merebut Antiockia yang dikuasai Sultan Malik Zahir Bay Bars pada tahun 1267/1268, lalu hendak merebut Tunis, ia beserta pembesar-pembesar pengiringnya ditawan oleh pasukan Islam pada 6 April 1250 dalam satu pertempuran di Perairan Mesir, setelah mereka memberi uang tebusan, maka mereka dibebaskan oleh Tentara Islam dan mereka balik ke negerinya.

i. Perang Salib VIII (1270-1272 M)[29]
Dalam Perang Salib VIII yaitu pada tanggal 25 Agustus 1270 ini Louis IX telah binasa ditimpa penyakit (riwayat lain menyebutkan ia terbunuh). Akhirnya pada tahun 1492 Raja Ferdinad dan Ratu Isabella sukses menendang habis umat Islam dari Granada, Andalusia. Riwayat lain juga menjelaskan bahwa Perang Salib VIII ini tidak sempat terbentuk karena kota terakhir yakni Aere yang diduduki oleh tentara Salib malahan berhasil dikuasai oleh Malikul Asyraf (putra Malikul Shaleh). Dengan demikian terkuburlah Perang Salib oleh Perang Sabil. Tetapi meskipun Perang Konvensional dan Frontal itu sudah berakhir secara formal, namun sesungguhnya perang jenis lain yang kwalitasnya lebih canggih terus saja berlangsung seiring dengan kemajuan zaman.

j. Perang Salib Lanjutan (1291-1344 M)[30]
Dalam Perang Salib lanjutan ini ada beberapa faktor yang melatar belakanginya yaitu ketika kaum muslimin mundur dari Cordova atau Granada oleh Ferdinand, Leon dan Castelin. Pada saat degradasi politik seperti itu Islam sedikit demi sedikit basic kekuat annya menurun. Adapun faktor lain yaitu; adanya perjanjian Tordessilas, yang menjadi semangat agama-agama katolik. Perjanjian itu ditetapkan pada 4 Mei 1493, yang menyatakan antara lain; “Bahwa kepercayaan agama Katolik dan agama Kristen, teristimewa pada zaman kita ini, harus dimulyakan dan disempurnakan, serta disebarkan dimana-mana dan harus mengambil alih Kerajaan Granada dari kelaliman para sara (muslimin)”. Dengan adanya perjanjian tersebut, Perang Salib dikobarkan lagi dan dilancarkan oleh orang-orang Portugis dengan tujuan bukan lagi mencari keuntungan, tetapi melakukan ekspansi politik dan ekspansi keagamaan dan musuh pertama yang dihadapi adalah negara Islam. Para pendeta dan lembaga-lembaga missionaris oleh orang-orang Dunia Islam dianggap sebagai imperialisme. Dan merupakan satu aspek usaha penyingkiran lembaga-lembaga pribumi atau Islam dengan menggantikan sejarah setempat dengan kurikulum Barat.
Dalam peperangan lanjutan ini pihak Kristen juga mengalami kekalahan, akan tetapi orang-orang Kristen dengan segala bentuk dan cara berusaha menghancurkan Islam baik melalui politik, ekonomi dan pendidikan. ‘’ Dalam Perang Salib priode ini (Periode kehancuran Perang Salib) dan muncul seorang pahlawan wanita Islam bernama Syajar Ad-Durr ia berhasil mengalahkan pasukan Salib dan menangkap Raja Louis IX, namun raja Prancis tersebut dibebaskan dan diizinkan kembali ke negaranya ‘’ [31].
Meskipun sejarah menyatakan, bahwa perang salib yang telah berlangsung sekitar hampir dua abad lamanya, katanya telah berakhir, namun hingga saat ini sungguh masih terasa bagai bara api dalam sekam.... ?

E. Akibat Perang Salib
Perang Salib atau Crusade pada akhir abad ke-11 hingga ke-13 pada intinya adalah peperangan untuk menguasai tanah suci Jerusalem, melibatkan dua kaum besar yaitu negara-negara Eropa Barat Nasrani dan negara-negara Timur Tengah Islam. Bahkan …Sudah lama diyakini bahwa Perang Salib membawa pencerahan besar kepada kaum Eropa Barat yang dulu bisa dikatakan sangat tertinggal ketika ilmu pengetahuan dan kebudayaan maju pesat di negara-negara Timur Tengah, bahkan meluas hingga ke barat ke Andalusia dan ke timur ke daratan India. Perang Salib menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia sebagai berikut :
1. Membawa Eropa ke dalam kontak langsung dengan Dunia Islam. Melalui inilah hubungan antara Barat dengan Timur terjalin. Pengajuan orang Timur yang progresif dan maju pada saat itu menjadi daya dorong yang besar bagi pertimbuhan intelektual eropa Barat. Hal itu memerankan bagian yang penting bagi timbulnya Renaissance di Eropa” [32] (Perkembangan Ilmu Pengetahuan)
2. Perang Salib menambah kepentingan Eropa di lapangan perniagaan dan perdagangan. Orang Eropa dapat mempelajari dan memodifikasi serta mengaplikasi beberapa temuan penting yang telah dihasilkan oleh orang Islam pada masa-masa sebelumnya. Hal ini terutama berkaitan dengan masalah; industri, perdagangan, dan pertanian.‘’ [33] (Perkembangan Ekonomi dan Industri).
3. Dalam bidang seni, gaya-gaya bangunan dan cara berpakaian Timur mempe ngaruhi seni, gaya bangunan dan cara berpakaian orang Barat. Demikian pila halnya dalam bidang agrikultur, banyak pasukan Perang Salib yang terbiasa dengan produk agrikultur Timur terutama gula yang merupakan makanan termewah di Barat.’’ [34]
4. Kepentingan transportasi para peziarah dan pasukan Perang Salib telah merang sang kegiatan maritime dan perdagangan internasional. Aplikasi kompas terjadi pada kegi atan maritime saat itu meskipun jarum magnetic ditemukan oleh orang Cina, namun pene- muan jarumnavigasi mulai dikembangkan oleh orang Islam.” [35]
5. Disisi lain, kehadiran Barat juga telah mempengaruhi Dunia Islam. Ornamen-ornamen gereja berpengaruh terhadap seni gaya bangunan masjid, seperti terjadi pada masjid Al-Nasr di Kairo. Hal ini membuktikan terjadinya difusi kebudayaan Barat dan Timur pada masa Perang Salib.’’ [36]
6. Menurut Carole Hillenbrand dalam bukunya The Crusade: Islamic Perspective 1999 (Perang Salib: Sudut Pandang Islam), mengungkapkan bahwa Perang Salib dari sudut pandang Barat telah menghasilkan karya-karya yang begitu melimpah dalam waktu lebih dari satu abad. Dampak Perang Salib yang terus dirasakan kaum muslim hingga kini, merupakan sebuah kontribusi yang luar biasa pada kajian sejarah tentang relasi Timur dan Barat.” [37]
7. Bangsa Eropa belajar berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkembang di dunia Islam lalu mengarangnya dalam buku-buku yang bagi dunia Barat tetap terasa mencerah kan. Mereka juga mentransfer industri dan teknologi konstruksi dari kaum muslimin,sehing ga pasca perang salib terjadi pembangunan yang besar-besaran di Eropa. Gustav Lebon berkata: “Jika dikaji hasil perang salib dengan lebih mendalam, maka didapati banyak hal yang sangat positif dan urgen.Interaksi bangsa Eropa selama dua abad masa keberadaan pasukan salib di dunia Islam boleh dikatakan faktor dominan terhadap kemajuan peradab an di Eropa. Perang salib membuahkan hasil gemilang yang tak pernah mereka bayang kan sebelumnya.” [38]
8. Efek negatifnya adalah secara teologis Eropa makin terpolarisasi. Dunia Kristen Barat makin membentengi diri dan bersikap memusuhi terhadap segala yang berasal dari luar. Dan ini berjalan hingga abad 20.Mentalitas perang salib ini juga pernah digunakan be berapa penguasa Barat untuk menekan kaum protestan. Dan pada P D II, Hitler memoti vasi pasukannya dalam melawan Rusia sebagai Perang salib melawan Atheisme” [39]
9. Perang salib menguras aset umat Islam baik harta benda maupun jiwa putra-put ra terbaik. Kemiskinan terjadi karena seluruh kekayaan negara dialokasikan untuk perang. Dekadensi moral terjadi karena perang memakan habis orang laki-laki dan pemuda. Kemu nduran ilmu pengetahuan terjadi karena umat Islam menghabiskan seluruh waktunya untk memikirkan perang sehingga para ulama tidak mempunyai waktu untuk mengadakan pe- nelitian dan nemuan-penemuan karya-karya baru kecuali yang berhubungan dengn dunia perang.” [40]
10. Peperangan salib selama kurang lebih 200 tahun telah memberikan warna ke pada dunia Islam dan Kristen. Utamanya dalam bidang pemikiran, peradaban, ilmu dan tek nologi. Bahkan, sejarah mencatat bahwa perang salib merupakan jembatan awal an tara kebudayaan Islam dan bangsa Eropa.Meskipun terdapat luka sejarah dan sensitifitas yang mengiringi pertautan dua peradaban tersebut. Dan tetap membekas hingga saat ini dima na kurang lebih 8 abad perang salib telah berlalu.” [41]
11. Perang salib yang berlangsung selama sekitar dua abad (1096-1291 M) meng akibatkan Dunia Islam lemah. Inilah salah satu penyebab yang membawa Dinasti Abba siyah menuju hingga tidak mampu mencegah kehancuran pusat peradaban Islam terbesar di dunia, Bagdad, baik secara fisik maupun secara cultural oleh tentara Mongol yang dipim pin oleh Cucu Cenghis, Hulagu Khan (1258 M), di mana banyak orang terbunuh dan jasad mereka dibuang ke sungai Tigris sehingga air sungai menjadi berwarna merah, kemudian berubah lagi menjadi berwarna coklat akibat banyak sekali buku-buku tulisan tangan para ilmuwan yang dibuang ke sungai” [42]
12. Secara tertulis dalam sejarah bahwa Perang Salib sudah berakhir, namun pada hakekatnya belum berakhir, hal ini karena adanya perkembangan gerakan-gerakan selanjutnya merupakan suatu hubungan yang sulit untuk dipisahkan dengan peristiwa besar tersebut. Adapun hubungan Perang Salib dengan gerakan-gerakan yang dimaksud antara lain: 1. Hubungan Perang Salib dengan Orientalisme, 2. Hubungan Perang Salib dengan Kolonialisme, 3. Hubungan Perang Salib dengan Kristenisasi.” [43]
Bahkan hingga saat ini aksi-aksi Penghinaan dan Pelecehan oleh umat Kristiani , Yahudi dan orientalis sangat mencolok terhadap Islam, (baik Ajarannya, Kitab Suci al-Quran, Sunnah Nabi Saw, Umat Islam, dan terlebih lagi terhadap Nabi Besar Muhammad Saw, dsb) dengan berbagai cara dan bentuk penghinaan melalui berbagai media informasi.
Perang salib merupakan salah satu titik balik dari sejarah keemasan ummat Islam. Perang Salib mungkin telah usai, akan tetapi perang salib berikutnya merupakan perang pemikiran. Sebagaimana banyak dikutip oleh ulama dan cendekiawan muslim dunia. Na- mun yang perlu dicermati bahwasanya perang pemikiran tersebut bukan sekedar perang dalam tataran dakwah agama. Melainkan bagaimana memanfaatkan kekuatan pengetahu an, negara, politik, ekonomi dan media untuk menyudutkan umat Islam. Dan harus kita akui bersama, bahwasanya umat Islam sangatlah lemah dalam memanfaatkan perang pe- mikiran tersebut.
Dengan melihat fakta-fakta serta analisa di atas, tampak bahwa dari sisi kaum muslimin perang salib – apapun motif sesungguhnya - selalu hanya berdampak negatif. Namun demikian, jangankan bila diserang, ummat Islam memang harus memikul amanah Qur’an untuk melawan fitnah (kekufuran) dan kezaliman. Dan dewasa ini kapitalisme pimpinan Amerika Serikat adalah bentuk termodern dari kekufuran dan kezaliman itu. Sedang Israel di Palestina adalah front terdepan perang tersebut.
Dari sisi orang-orang Barat, istilah perang salib dihadapi dengan beragam. Pada masyarakat Barat yang sekuler, motivasi religius seperti pada abad 11-13 sudah tak ada lagi. Istilah itu hanya dilontarkan sebagai “penyatu opini” bahwa mereka sama-sama terancam oleh Islam (maka dibuat skenario serangan teror 911 atas WTC), seakan-akan perang salib dimulai oleh kaum muslimin, dan secara militer ummat Islam memang masih memiliki kekuatan yang mampu menggoyang kedigdayaan Barat.
Faktanya, dari sisi manapun, ekonomi, teknologi, militer, ummat Islam sekarang ini berbeda dengan ummat Islam abad 11-13, yang masih memiliki khilafah yang berfungsi bai, serta ekonomi dan teknologi yang lebih maju dari Barat. Sekarang dunia Islam terpecah dalam puluhan negara, yang sebagian besar dipimpin oleh diktator yang berkiblat pada Barat. Mereka tidak mau bersatu, bahkan Mereka tergantung pada ekonomi dan teknologi Barat. Sedang rakyatnya hidup dengan berorientasi pada budaya Barat dan gandrung mengkonsumsi produk industri Barat, dan sebagainya. Mari kaum Muslimin ! Kita selalu mewaspadai Perang Salib Modern …!
F. Penutup
a. Kesimpulan
Perang Salib adalah Perang karena didada seragam merah yang dipakai serdadu Kristiani tergantung / terjahit tanda Salib. Perang Salib merupakan perang super maraton, gerakan spectakuler dari pihak Eropa Barat dengan misi imperialisme, yang ditujukan kepada beberapa wilayah belahan Dunia bagian Timur (khususnya wilayah kekuasaan Islam) pada abad pertengahan sekitar tahun 491--692 H / 1097-1292 M. Dalam perspektif Kristen, perang ini mereka namakan Perang Suci merupakan serangkaian operasi militer terhadap musuh-musuh gereja yang bertujuan membebaskan Tanah Suci Yerusalem dari cengkraman kaum Muslimin.

Sebabkan terjadinya Perang Salib dilatarbelakangi oleh beberapa factor, yaitu ; Faktor Sejarah, Agama, Politik, Sosial Ekonomi, dan factor Fsikologis, terutama dari pihak Kristen. Dalam Perang Salib ini telah melibatkan beberapa kerjaan Eropa seperti; Kerajaan Yerusalem, Kekaisaran Bizantium, Kekaisaran Romawi, Kerajaan Prancis, dan Kerajaan Inggris. Sedangkan Kekhalifahan Islam mencakup Dinasti Abbasiyah berpusat di Bagdad, Umayah di Cordoba / Spanyol, dan Fathimiyah di Mesir, Bani Saljuk di Turki, dan Kesultanan Delhi di India, serta beberapa kerajaan Islam Kecil lainnya saat itu.
Piodesasi terjadinya Perang Salib oleh beberapa Sejarawan ada perbedaan pen- dapat, antara lain priodesasi secara global yaitu; Periode Pertama (1096-1144 M) ini disebut priode panaklukan oleh pihak Kristen terhadap Umat Islam, Periode Kedua (1144-1192 M) Ini disebut priode reaksi Umat Islam, dan Periode Ketiga (1193-1291 M), ini lebih dikenal dengan priode perang saudara kecil-kecilan atau priode kehancuran di dalam pasukan Salib. Sebagian pendapat menjabarkan priodesasi perang salib sebagai berikut ;
a. Perang Salib I (1094-1144 M) f. Perang Salib V (1217–1221 M)
b. Perang Salib II (1144-1193 M) g. Perang Salib VI (1228–1229 M)
c. Perang Salib III (1193-1291 M) h. Perang Salib VII (1248–1254 M)
d. Perang Salib IV (1202-1206 M) i. Perang Salib VIII (1270-1272 M)
e. Perang Salib Anak-Anak (1212 M) j. Perang Salib Lanjutan (1291-1344 M)
Perang Salib atau Crusade akhir abad ke-11 hingga ke-13 pada intinya menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia sebagai berikut :
1. Akibat / Dampak Positif
a. Perang Salib mnyebabkan Eropa kontak langsung dengan Dunia Islam dan mengakibatkan timbulnya Renaissance di Eropa.
b. Menambah kepentingan Eropa di lapangan perniagaan dan perdagangan , seni, dan budaya.
c. Kepentingan transportasi para peziarah dan pasukan Perang Salib telah merang sang kegiatan maritime dan perdagangan internasional.
d. Menghasilkan karya-karya yang melimpah dan merupakan kontribusi yang luar biasa pada kajian sejarah tentang relasi Timur dan Barat.
2. Akibat / Dampak Negatif
a. Secara teologis Eropa makin terpolarisasi. Dunia Kristen Barat makin memben tengi diri dan bersikap memusuhi terhadap segala yang berasal dari luar.
b. Menguras aset umat Islam baik harta benda maupun jiwa putra-put ra terbaik. Kemiskinan dan dekadnsi moral terjadi karena menghabiskan generasi umat.
c. Kemunduran ilmu pengetahuan terjadi karena umat Islam menghabiskan selu ruh waktunya untk memikirkan perang sehingga para ulama tidak mempunyai waktu untuk mengadakan penelitian dan nemuan-penemuan karya-karya baru.
d. Dinasti Abbasiyah menuju kehancuran pusat peradaban Islam terbesar di dunia, Bagdad, secara fisik banyak orang terbunuh dibuang ke sungai Tigris menjadi merah, ke mudian berwarna coklat akibat buku-buku tulisan tangan ilmuwan dibuang ke sungai tsb.
e. Sekarang bermunculan gerakan-gerakan bernuansa salib seperti ; Orientalisme, Kolonialisme, danKristenisasi, serta Penghinaan luar biasa terhadap Islam dengan berba gai cara dan bentuk melalui berbagai media.
f. Faktanya, kondisi sosial, ekonomi, budaya, militer, iptek dan politik kenegaraan dunia Islam sekarang terpecah dalam puluhan negara, yang sebagian bedipimpin oleh diktator bersurban yang berkiblat pada Barat dengan egois, sedang rakyatnya hidup bergelimang dengan budaya serta mengkonsumsi produk industri Barat, dan sebagainya. Mari kaum Muslimin ! Kita selalu mewaspadai, dan siap berjihat dalam Perang Salib Modern …!
b. Saran

Pemakalah menyadari bahwa Topik Makalah Perang Salib Sebab dan Akibatnya ini sangat menarik dan rasa terobsesi untuk lebih mendalami dan menelaah dengan penuh semangat panatisme Islami, namun juga emosional terhadap pihak-pihak yang memusuhi Islam.
Banyak kekurangan pada makalah ini, baik format, teknis penulisan, teknik kutipan maupun cakupan materinya yang tidak repsentatif. Karenanya pemakalah mengharapkan kepada semua pihak pembaca , terutama pembahas dalam forum diskusi kelas dapat mencermati, mengoreksi, mmemberi masukan dan perbaikan untuk lebih menyem purna kan isi makalah ini.
Terima kasih.

DAFTAR LITERATUR



Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2007

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

Badri Rasyidi, Sejarah Peradaban Islam, CV.Armico, Bandung, 1987

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006
Carole Hillenbrand, The Crusade; Islamic Perspectives ( Perang Salib; Sudut Pandang Islam ), Penerjemah: Heryadi, Serambi, Jakarta; 2005
Hyphatia Cneajna, Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib, Navila Idea, Yogyakarta, 2007
Muhlis, Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress. com/2007/08/

Perang Salib, http://id.wikipedia.org/wiki.
Suci Nastiti, Perang Salib Memandang Masa Kini dengan Membaca Kembali Masa Lalu, conformeast.multiply.com
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid 4, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2001,
Tim Penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 7, PT. Ikhtiar Baru, Jakarta, 2005
[1] Carole Hillenbrand, The Crusade; Islamic Perspectives ( Perang Salib; Sudut Pandang Islam ), Penerjemah: Heryadi, Serambi, Jakarta; 2005

[2] Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/
[3] I b i d , 4 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 h 136


[5] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 h. 136-137
[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 76-77
[7] I b i d ,
[8] Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/
[9] I b i d
[10] I b i d
[11] I b i d
[12] I b i d

[13] Suci Nastiti, Perang Salib Memandang Masa Kini dengan Membaca Kembali Masa Lalu, conformeast.multiply.com
[14] Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/

[15] I b i d
[16] I b i d
[17] I b i d
[18] Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2001, Jilid 4, h. 241.

[19] Muhlis, Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://muhlis.files.wordpress.com/2007/08/

[20] Hyphatia Cneajna, Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib, Navila Idea, Yogyakarta, 2007
[21] Perang Salib, http://id.wikipedia.org/wiki.

[22] I b i d ,

[23] I b i d ,
[24] I b i d ,
[25] Badri Rasyidi, Sejarah Peradaban Islam, CV. Armico, Bandung, 1987, hlm. 86-87.
[26] Perang Salib, http://id.wikipedia.org/wiki.
[27] I b i d ,
[28] I b i d ,
[29] I b i d ,
[30] I b i d ,
[31] Tim Penyusun, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 7, PT. Ikhtiar Baru, Jakarta, 2005, hlm. 4
[32] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 141
[33] I b i d, hlm. 414
[34] I b i d, hlm. 414
[35] I b i d, hlm. 414
[36] I b i d, hlm. 414
[37] Perang Salib, http://id.wikipedia.org/wiki
[38] I b i d
[39] I b i d
[40] I b i d
[41] I b i d
[42] Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, 2007, hlm. 161.
[43] Muhlis, Perang Salib Dalam Lintasan Sejarah, http://.wordpress.com/2007/08/

MAKALAH : TAFSIR DAN HADITS TEMATIK

KONSEP AKAL DAN PENGARUHNYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM

Oleh : Drs. BAHRUNY DP (Guru PAI SMA PGRI 4 Banjarmasin)

A. PENDAHULUAN
Sebagaimana kita meyakini bersama, bahwa Al-Quran dan Al-Hadits, keduanya adalah wahyu Allah Swt. Ia adalah sumber pokok ajaran Islam, sebagai pedoman hidup manusia terutama bagi kaum Muslim dan Mukmin untuk mncapai kebahagiaan didunia dan di akhirat. Sebagai pedoman dan petunjuk bagi kehidupan manusia karena memang Al-Quran dan Al-Hadits berisi ajaran dan aturan yang paling lengkap dan sempurna mencakup esensi dan eksestensi serta semua aspek kehidupan manusia itu sendiri.
Untuk mengaplikasikan ajaran Al-Quran tersebut bagi kaum muslim wajib mempelajari dan memahami isi kandungannya, baik melalui terjemah maupun Tafsir Al-Quran itu sendiri, serta penjelasan-penjelasan khusus melalui Hadits Nabi Saw. Karenanya Al-Quran dan Al-Hadits tidak bisa dipisahkan. Bahkan secara akademis Al-Quran dan Al-Hadits menjadi suatu disiplin Ilmu Keislaman, dan lebih sepesifik lagi sekarang menjadi mata kuliah Tafsir dan Hadits Tematik, yang berarti cara mengkaji dan mendalami isi Al-Quran melalui Tafsir yaitu “Penjelasan atas Al-Quran” [1] dan Hadits Nabi Muhammad Saw. menurut topik, judul, klasifikasi, aspek, atau tema-tema materi tertentu.
Untuk memepelajari dan memahami semua aspek kandungannya, sudah tentu menggunakan Akal fikiran dan nalar yang sehat dan cerdas, tidak berdasrkan hawa nafsu. Salah satu aspek ajaran Al-Quran dan Hadit Nabi Saw yang memerlukan penalaran akal sehat dan cerdas adalah persoalan pengembangan Pendidikan Islam sesuai dengan judul Makalah ini yaitu “Konsep Akal Dan Pengaruhnya Dalam Pengembangan Pendidikan Islam” Secara garis besar isi Makalah ini, Penulis mengangkat sub-sub materi antara lain; pendahuluan, beberapa tinjauan tentang akal, bebrapa ayat Al-Quran dan Al-Hadits tentang akal, deskripsi singkat berkenaan dengan pendidikan Islam, konsep akal dan pengaruhnya dalam pengembangan pendidikan Islam dan parmasalahannya, serta bagian penutup. Dari gambaran pokok isi makalah di atas, penulis mengharapkan dapat merespon sebagaian tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk memenuhi tugas perkuliahan yang telah ditentukan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir dan Hadits Tematik.
Penulisan Makalah ini menggunakan pendekatan kutipan langsung dan tidak langsung dari beberapa literatur dan sumber rujukan, serta sedikit analisis menurut persepsi penulis sendiri. Dalam hal ini sudah tentu banyak kekurangnannya, karena itu penulis meng-harapkan masukan untuk penyempurnaan yang sifatnya kunstruktif dan ilmiah dari pihak teman-teman melalui forum diskusi. Terima kasih.
B. BEBRAPA TINJAUAN TENTANG AKAL
1. Pengertian dan Hakikat Akal
a. Arti harfiyah dari Bahasa Arab,” al-aql (العقل ) ini bentuk kata benda, aqaluuh (عقلوه ), ta’qiluun (تعقلون ), na’qil (نعقل ), ya’qiluhaa (يعقلها ), ya’qiluuna ( يعقلون) semua kata itu berarti Paham dan mengerti.” [2]
b. Kamus Bahasa Indonesia, ”akal berarti daya fikir untuk mengerti; fikiran; ingatan; jalan atau cara melakukan sesuatu; daya upaya; ikhtiar; tipu daya; muslihat; kecerdikan; kelicikan; kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungan; ” dan sebagainya. [3]

c. Ensiklopedi Islam. Aqal berasal dari bahasa Arab ”aqala yang berarti mengikat dan menahan”. Atau ’aql berarti daya berfikir yang ada dalam diri manusia dan merupakan salah satu daya dari jiwa serta mengandung arti berfikir, memahami, dan mengerti.[4] Dalam sumber lain (Ensiklopedi Hukum Islam) bahwa ’Aqal ialah Daya atau kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah Swt. Kepada manusia sebagai alat berfikir dan alat untuk mempertimbangkan dan memikirkan buruk baiknya sesuatu; merupakan suatu potensi yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia di samping nafsu.[5]

d. Beberapa Ulama dan Pakar. ( Al-Gazali) Akal itu adalah mengetahui hakikat segala sesuatu. Akal merupakan sifat ilmu yang terdapat dalam perbendaharaan hati. Akal itu ialah alat untuk menangkap dan mendapatkan segala maklumat. Akal itu ialah hati itu sendiri yang merupakan hakikat manusia. (Mukhtar Yahya) Akal itu ialah suatu sifat daripada ciri-ciri jiwa (hati). (Muhammad Taqiyyul Mudarrisi) Akal itu ialah nur di mana manusia dapat membedakan antara jalan yang lurus dengan jalan yang menyimpang; kebaikan dengan kejahatan, kemungkinan dengan kemustahilan dan yang benar dengan yang palsu. (Fairuzabadi) "Akal itu ialah nur rohani yang boleh mendapatkan bahan-bahan ilmu." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah) berkata, Akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. [6]

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna dan hakekat (Haki - kat ialah intisari atau dasar … kenyataan yang sebenarnya [7]) adalah potensi jiwa selain untuk menyelesaikan masalah-masalah ilmiah, juga lebih dari itu, yakni akal yang boleh mempertimbangkan antara perkara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah, antara yang haq dengan yang bathil dengan tuntunan wahyu Ilahi.

2. Konsep Akal Menurut Beberapa Disiplin Ilmu
a. Akal Menurut Ulama Kalam. Akal menurut mayoritas Ulama Kalam dari golongan Ahlusunnah tidak lain hanyalah satu dari beberapa ‘Ilmu Dharuurii (Ilmu yang menjadi kebutuhan pokok). Sedangkan golongan Mu’tazilah menambahkan bahwa akal juga merupakan ilmu yang menilai baik dan buruknya tingkah laku.[8]
b. Akal Menurut Perspektif Filsafat. Oleh tokoh filosuf Yunan bahwa Akal adalah merupakan persoalan yang realistis dan alamiah krena mereka tidak menggunakan Al-quran sebagai dasar kajian permasalahan. Oleh Filosuf Muslim dalam memaknai konsep Akal sebagai sarana untuk mencari dan mencapai suatu kebenaran sementara, bahkan kebenaran mutlak jika dituntun dengan Wahyu Allah.[9]
c. Akal Menurut Ulama Sufi. Akal adalah Lubb (intisari akal) , Lubb (kesempurnaan akal dari Allah), Nur Mabshuth (cahaya luas), ’Aql Muwaffaq (aqal yang mendapat pertolongan Allah), ’Aql Al-Hidayah (aqal yang mendapat petunjuk Allah), orang yang memiliki Lubb Allah Swt. menyebut mereka ’Uluul Albaab. [10]
d. Akal Menurut Ulama Fiqh. Aqal adalah sarana Ijtihad, yang berarti upaya mempergunakan segala kemampuan Aqal fikiran untuk mengeluarkan hukum syara’ dari Kitabullah dan Sunah Rasul. Atau ijtihad itu ialah menghabiskan segala kemampuan dan memebrikan segala kekuatan akal fikiran untuk memperoleh hukum syar’i dengan jalan istinbath dari Al-Quran dan As-Sunnah. [11]
e. Akal Menurut Perspektif Pendidikan Islam. Bahwa “Akal menurut asal bahasa adalah At Tarbiyyah (pemeliharaan), yaitu sesuatu yang mengekang dan mengikat diri manusia agar tidak lari kekanan dan kekiri, terlebih lagi jika dia mengikuti ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw. [12] ”Aqal yaitu suatu kemampuan mengelola diri agar dapat diterima oleh lingkungan sosial. Ini berarti bahwa keberhasilan seseorang dimasyarakat, ternyata tidak semata-mata ditentukan oleh prestasi akademisnya, melainkan juga kemampuan mengelola diri. [13]
3. Tingkatan-Tingkatan Akal
Dalam Buku Psikologi Kenabian, karangan Hamdani Bakran Adz-Dzakiey telah menguraikan bahwa ; ”dilihat dari segi hakekat dan kerjanya, akal manusia terbagi dari 3 kelomok tingkatan, yaitu ; Akal awam, Akal Khawas, dan Akal Khawasul Khawas. [14]
a. Akal Awam.
Akal awam yaitu akal yang dimiliki oleh orang kebanyakan atau pada umumnya. Kerja akal pada tingkat ini sangat bersifat normatif dan terbatas menurut apa adanya, belum dapat memahami dibalik apa adanya tersebut. Sebagaimana diisyaratkan Allah Swt. dengan beberapa ayat dalam Al-Quran, misal pada Ali-Imran; 118, Yasin: 60-62

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (١١٨)
118. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Ali-Imran; 118)

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (٦٠) وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ (٦١) وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ (٦٢)
60. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah
syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", 61. dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. 62. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan ? ( Yasin: 60-62) [15]

Mencermati kandungan beberapa ayat Al-quran tentang akal tersebut, maka tersirat menunjukkan makna yang ditujukan kepada akal manusia yang masih terbatas belum berkembang seperti pada contoh ayat diatas أَفَلا تَعْقِلُونَ apakah kamu tidak berakal/ berfikir?
Ini mengisyaratkan makna mengapa kamu tidak menggunakan akal, artinya tersirat makna perintah kembangkanlah akalmu! Tingkatan akal inilah disebut Akal Awam

b. Akal Khawas
Tingkatan akal Khawasul Khawas yaitu akal yang dimiliki oleh para intelektual, ulama, dan pemikir. Akal pada tinkat ini telah terlatih berfikir dengan baik dalam memahami obyek-obyek apa saja, secara sistematis dan metodologis, ini dapat juga disebut akal ilmiah dan filosofis . Potensi kerja akal fikir tingkat ini di dalam al-Quran dibagi atas 4 tahapan yaitu;

† Tahap pengamatan dengan kekuatan nazhar نظر) ( , yaitu menangkap dengan mata kepala dan disimpan dalam ingatan secara cermat, sebagaimana diisyaratkatkan dalam beberapa ayat al-Quran berikut :

أَفَلا يَنْظُرُونَ إِلَى الإبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ (١٧) وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ (١٨) وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ (١٩) وَإِلَى الأرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ (٢٠)
17. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, 18. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Al-Ghasyiyah: 17-20)

مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلانِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (٧٥)
75. Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan[433]. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-Maaidah: 75)

[433]. Maksudnya ialah: bahwa Isa a.s. dan ibunya adalah manusia, yang memerlukan apa yang diperlukan manusia, seperti makan, minum dan sebagainya.

أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ (١٨٥)
185. Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu? (Al-A’raf: 185)

† Tahap pengamatan dengan kekuatan bashar(بصر ) , yaitu menangkap objek pengamatan dengan menggunakan penglihatan mata hati (bathin) sebagaimana diisyaratkan didalam beberapa ayat Al-Quran berikut : [16]

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلا تُبْصِرُونَ
72. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (Al_Qashash: 72)

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)
179. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’raf: 179)

† Tahap perenungan dan penghayatan dengan kekuatan tafakkur ( تفكر ), yaitu merenungkan dan menghayati secara terperinci dari apa yang telah ditangkap oleh nazhar نظر) ( dan bashar(بصر ) untuk memeperoleh pemahaman, sebagaimana diisyaratkan didalam beberapa ayat Al-Quran berikut :
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (٢٦٦)…..
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya[169].
[169]. Inilah perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya karena riya, membangga-banggakan tentang pemberiannya kepada orang lain, dan menyakiti hati orang. (Al-Baqarah: 266)

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (١٧٦)
176. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (Al-A’raf: 176)

† Tahap penganalisaanو pengambilan hikmah atau kesimpulan tadabbur ( تدبر ), yaitu kerja akal fikir pada tahap analisis, perbandingan, dan pengambilan hikmah dari apa-apa yang telah dikaji secara mendalam. Sehingga menghasilkan kemantapan hati dan keyakinan dari kebaikan dan kebenaran yang dihasilkan dari kerja akal itu. Di dalamnya terdapat berbagai hal yang dapat memberikan manfaat secara nyata dan dapat dirasakan oleh jiwa serta diyani oleh hati, sebagaimana diisyaratkan didalam beberapa ayat Al-Quran berikut : [17]

أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا (٨٢)
82. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (An-Nisa’: 82)

أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ (٢٣)أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (٢٤)
23. Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. 24. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad: 23-24)

Dari kandungan beberapa ayat al-Quran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkatan Akal Khawas ini merupakan akal yang dimiliki oelh kaum intelektual, Ulama, dan para pemikir, memahami dibalik kenyataan, secara sistematis, metodologis meliputi hasil pengamatan kekuatan mata kepala (نظر), kekuatan mata hati (بصر), kekuatan perenungan dan penghayatan (تفكر ), serta kekuatan analisis hikmah-hikmah, pengambilan kesimpulan (تدبر). Sebagai contoh memahami makna dibalik peristiwa sejarah, alamiah, dan diri manusia agar mengambil pelajaran, dsb. Tingkatan akal ini juga disebut Akal Ilmiah.

c. Akal Khawas bil Khawas
Akal Khawas bil Khawas, yaitu akal yang dimiliki oleh para Nabi, Rasul, dan Aulaya’ Allah Swt. Daya fikir tingkat akal ini merupakan anugerah dan karunia langsung dari Allah Swt. Atas ketaatan dan ketaqwaan para Hamba-Nya tersebut. Tingkat akal ini disebut juga Akal Ilahiyah . Inilah tingkat akal tertinggi yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya (Rabbaniyyun). Di dalam al-quran disebut dengan ( رشد) dan ( لب), artinya berfikir dengan petunjuk Ilahi dan hati nurani.[18] Diisyaratkan didalam beberapa ayat Al-Quran:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (١٨٦)
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-Baqarah: 186)

وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ (٥١)
51. Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun)[960], dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (Al-Anbiya’: 51)
[960]. Maksudnya sebelum diturunkan Taurat kepada Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.

وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا (١٤)
14. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. (Al-Jin: 14)

وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِي (١٧)
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الألْبَابِ (١٨)
17. Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya[1310] dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, 18. yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. Mereka itulah orang-orang yg telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang2 yg mempunyai akal. (Az-Zumar: 17-18)

[1310]. Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t. [1311]. Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah yang paling baik.

Menurut Prof.Dr. M.Quraish Shihab, MA dalam Tafsir Al-Misbah, beliau menafsirkan (QS. Al-Baqarah: 179) kata لب ( الباب ) Al-Baab bentuk jamak dari لب (Lubb) yaitu saripati sesuatu. Ulul Al-Baab adalah orang yang memiliki akal yang murni yang tidak diselubungi oleh kulit, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir. [19]
Tingkatan akal yang ketiga ini hanya dimiliki oleh para Nabi, Rasul, dan para Auliya’. Dan akal ini merupakan anugerah dan karunia Allah Swt. Cara kerja akal ini didasari adanya “Ketajallian Nur Ilmu Allah (penampakan diri Tuhan yang bersifat absolut dalam bentuk alam yang bersifat terbatas)”[20] Tingkatan akal ini berfikir dengan petunjuk Allah dan hati nurani guna mecapai manfaat kebaikan, kebenaran, bersyukur, dan takarrub kepada Allah Swt. Dengan demikian berarti ekploitasi akal disini bermakna selalu dalam koridor dan bimbingan Wahyu Allah Swt, yaitu Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw.

4. Fungsi Akal Bagi Manusia
Akal adalah nikmat besar yang Allah titipkan dalam jasmani manusia. Nikmat yang bisa disebut hadiah ini menunjukkan akan kekuasaan Allah yang sangat menak jubkan. Oleh karenanya, banyak ayat Allah memberi semangat untuk berakal yakni menggunakan akal. Dan secara langsung dan tidak langsung, akal inilah yang membedakan di antara manusia dengan makhluk lain. Gunanya untuk menilai dan merenung setiap kejadian agar dijadikan i'tibar dalam kehidupan. Dengan demikian akal bagi manusia memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut : [21]

a. Sebagai Pembeda Manusia dengan Mahluk lain.
Sebagai Identitas yang khas untuk membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Artinya dengan akal manusia akan dapat dapat mencapai martabat tertinggi dari makhluk lainnya. Yaitu mahluk yang dapat memahami dan mengenal hakikat dirinya, Wujud Pencipta dirinya, dan alam sekitarnya.

b. Sebagai Alat Daya Fikir Untuk Memaham
Sebagai alat dan sarana yang mengandung daya fikir, yaitu untuk memahami segala apa yang telah ditangkap atau diterima oleh hati dan pancaindera, baik yang berhubungan dengan persoalan ketuhanan Allah Swt, maupun segaala ciptaan-Nya. Dalam hal ini banyak sekali ayat Al-Quran yang memerintahkan agar alat dan sarana (akal) terbut benar-benar digunakan dan difungsikan dengan baik dan benar.

c. Sebagai Alat Daya Fikir Untuk Membanding
Fungsi akal disini adalah Sebagai alat yang mengandung daya fikir untuk memban ding segala apa yang ditangkap dan diterima oleh hati dan pancaindera, baik yang berhubungan dengan persoalan Ketuhanan, maupun ciptaan-Nya. Perbandingan itu berupa antara Allah Swt. dengan makhluk-makhluk-Nya, yang haqq dan yang bathil, yang baik dan yang buruk, yang manfaat dan yang mudharat, yang lahir dan yang bathin, dan sebagainya.

d. Sebagai Alat Daya Fikir Untuk Mengambil Hikmah
Fungsi akal manusia dalam hal ini dimaksudkan adalah sebagai alat yang mengandung daya fikir untuk mengambil hikmah dari semua yang telah dipahami dan dibandingkan, yakni mana yang dapat memberikan manfaat, kesejahteraan, kebaikan, ketentraman, keselamatan, kedamaian, ketertiban, dan kebahagiaan bagi manusia dan mahluk lainnya, baik dalam tatanan hidup dan kehidupan di bumi dan di langit, di dunia hingga di akhirat kelak.

Mencermati uraian diatas berarti bahwa; memfungsikan akal seluas-luasnya dan setinggi-tingginya adalah wajib, karena hal itu merupakan perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya. Setinggi-tinggi kerja akal adalah memikirkan, memahami, mengkaji, menganalisis,, membanding, dan mencari hikmah dari ciptaan-ciptaan-Nya, sehingga ia berhasil mengenal keberadaan Tuhannya, sehingga ia mencintai, dan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, serta tabah dan tawakkal terhadap segala cobaan-Nya.

C. AYAT AL-QURAN TENTANG KEDUDUKAN AKAL BAGI MANUSIA
1. Allah Swt. murka terhadap manusia yang tidak menggunakan akalnya.

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يَعْقِلُونَ
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Yunus : 100)


2. Bukti orang-orang yang menggunakan Akal.
وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ
Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji. (Asy-Syuura : 28)


3. Tidakkah kalian menggunakan Akal ?

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (Al-Baqarah : 44)


يَا قَوْمِ لا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي أَفَلا تَعْقِلُونَ
Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?"
(Huud : 51)
لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya? (Al-Anbiya’ : 10)

أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami? (Al-Anbiya’ : 67)

وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan ?. (Yaasiin : 62)

وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلا يَعْقِلُونَ
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya)[1271]. Maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yaasiin : 68)
[1271]. Maksudnya: kembali menjadi lemah dan kurang akal.

4. Tentang Taqwa dan Akal
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats[123], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (Al-Baqarah: 197)
[122]. Ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah. [123]. Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh. [124]. Maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji.


5. Agar manusia menggunakan Akal
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya. (Al-Baqarah : 242)

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (Yusuf : 2)

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).
(Az-Zukhruf : 3)
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. (Al-Hadiid : 17)


6. Tak adakah di antara kalian yang menggunakan Akal ?
وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَا قَوْمِ هَؤُلاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلا تُخْزُونِي فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji[730]. Luth berkata: "Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?" (Huud : 78)
[730]. Maksudnya perbuatan keji di sini ialah: mengerjakan liwath (homoseksuall).

7. Hanya orang yang berakallah dapat memetik pelajaran
هَذَا بَلاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim : 52)

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Shaad :29)
أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (Ar-Ra’du : 19)


8. Sikap orang yang berakal

وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِي
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya[1310] dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, (Az-Zumar ; 17)
[1310]. Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah s.w.t.

الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الألْبَابِ
Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar ; 18)

[1311]. Maksudnya ialah mereka yang mendengarkan ajaran-ajaran Al Quran dan ajaran-ajaran yang lain, tetapi yang diikutinya ialah ajaran-ajaran Al Quran karena ia adalah yang paling baik.

9. Sipat orang yang berakal


الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, (Ar-Ra’du : 20)

وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan[771], dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (Ar-Ra’du : 21)
[771]. Yaitu mengadakan hubungan silaturahim dan tali persaudaraan.

وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (Ar-Ra’du : 22)

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ
(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (Ar-Ra’du : 23)

10. Masuk neraka karena tidak menggunakan Akal [22]
#qä9$s%ur öqs9 $¨Zä. ßìyJó¡nS ÷rr& ã@É)÷ètR $tB $¨Zä. þ’Îû É=»ptõ¾r& ÎŽÏè¡¡9$#
10. Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".


D. HADITS NABI SAW. TENTANG AKAL BAGI MANUSIA
1. Tiadalah beragama bagi orang yang tidak berakal. Rasulullah pernah bersabda: Tiadalah beragama orang yang tidak berakal dan tiadalah berakal orang yang tiada beragama. Malah ada orang berpendapat bahwa agama seseorang itu adalah mengikut akalnya, bagaimana kedudukan akalnya maka begitulah kedudukan agamanya. Kitapun dapat melihat agama Islam dalam ajarannya memberikan bentuk kemuliaan terhadap akal
2. Agama adalah akal, tidak punya agama maka ia tidak punya akal. Agama adalah akal, barang siapa yang tidak punya agama maka ia tidak punya akal.” Diriwayatkan oleh An-nasa’i dalam kitabnya Al-Kuna dan Ad-Dulabi meriwayat kan darinya dalam kitabnya Al-Kuna wal Asma (2/104) melalui seorang perawi bernama Bisyr bin Ghalib bin Bisyr bin Ghalib dari Az-Zuhri dari Mujammi’ bin Jariyah dari pamannya sampai kepada Nabi tanpa kalimat “ Agama adalah akal.” An-Nasa’I mengatakan: “Hadist ini batil,mungkar.”
3. Akal sebagai tempat bergantungnya hukum. Allah menjadikan akal sebagai tem pat bergantungnya hukum sehingga yang tidak berakal tidak dibebani hukum. Sabda Nabi :
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ الْمَجْنُوْنِ الْمَغْلُوْبِ عَلىَ عَقْلِهِ حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمُ
“Pena diangkat dari tiga golongan: orang yang gila yang akalnya tertutup sampai sembuh, orang yang tidur sehingga bangun, dan anak kecil sehingga baligh.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Ad-Daruquthni dari shahabat ‘Ali dan Ibnu ‘Umar, Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan: “Shahih” dalam Shahih Jami’)

4. Akal sebagai salah satu dari lima perkara yang harus dilindungi. Islam menjadikan akal sebagai salah satu dari lima perkara yang harus dilindungi yaitu: agama, akal, harta, jiwa dan kehormatan. Allah mengharamkan khamr untuk menjaga akal (QS. Al-Maidah: 90). Juga Nabi bersabda :“Setiap yang memabukkan itu haram” (dari Abu Musa Al-Asy’ari). Asy-Syinqithi mengatakan, “Dalam rangka menjaga akal maka wajib ditegakkan had (Hudud) bagi peminum khamr.”
5. Batasan wilayah Jangkauan akal. Batasan wilayah akal pada dasrnya tidak mampu menjangkau perkara-perkara ghaib dibalik alam nyata yang kita saksikan ini, seperti pengetahuan tetntang Allah dan sifat-sifat-Nya, arwah,surga dan neraka yang semua itu hanya dapat diketahui oleh akal melalui Wahyu. Nabi bersabda :“Berfikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berfikir tentang Dzat Allah.” (HR.Ath-Thabarani, Al-lalikai dan Al-Baihaqi dari Ibnu Umar).“Dan mereka bertanya tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra: 85)
6. Ijtihad menggunakan akal. Ijtihad menggunakan akal. Ijtihad ( Arab: اجتهاد ) adalah sebuah usaha yang sungguh- sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. (sebaiknya hanya dilakukan para ‘Ulama Muslim.) [23] Dalam Hadits Nabi Saw.
حديث عمر وبن العص، أنه سمع رسول الله صل الله عليه وسلم، يقول اذا حكم حاكم فاجتهد ثم اصاب فله اجران ، واذا حكم فاجتهد ثم اخطأ فله اجر
“Dari Amr bin Al-Ash. ra. Telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: apabila hakim memu tuskan hukum sesudah ijtihad kemudian tepat, maka mendapat pahala dua kali lipat, dan jira hasil ijtihadnya itu ternyata salah, maka mendapat satu pahala. (HR. Bukhari, Muslim)[24]
7. Dialog Nabi Saw. dengan Mu’az bin Jabal. Dialog Nabi Saw. dengan Mu’az bin Jabal ketika hendak diutus ke Negeri Yaman. Pada intinya Nabi Saw. bertanya kepada Mu’az bagaimana kamu menetapkan hukum jika kamu dihadapkan dengan perkara yang memerlukan penetapan hukum? Mu’az menjawab; Saya akan menetapkannya dengan Kitab Allah. Kemudian Rasul bertanya; Seandainya kamu tidak mendapatkannya dalam Kitab Allah, Mu’az menjawab; dengan Sunnah Rasulullah. Rasul bertanya lagi seandainya kamu tidak mendapatkannya dalam Kitab Allah dan dalam Sunnah Rasul, Mu’az menjawab ; Saya akan berijtihad dengan pendapat saya sendiri. Maka Rasulullah Saw menepuk-nepuk belakang Mu’az seraya berkata segala puji bagi Allah yang telah menyelaraskan utusan Rasul dengan sesuatu yang Rasul kehendaki. ( HR.AbuDaud dan At-Tirmidzi ) [25] ( Dasar Ijtihad Quran Surah An-Nisa:83 Asy-syuara’:38, Al-Hasyr:2, Al-Baqarah:59). [26]
Mencermati beberapa kandungan ayat Al-Quran dan beberapa Hadits Nabi Saw di atas, maka sangat jelas betapa besar dan pentingnya makna keberadaan akal dalam ajaran Islam serta bagi makhluk manusia itu sendiri. Meskipun demikian, dikalangan Ulama, Pemikir , dan Cendikiawan Muslim terdapat perbedaan pendapat (pro dan contra) tentang penggunaan dan eksploitasi akal secara berlebihan tanpa berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits Nabi Saw.


E. GAMBARAN SINGKAT TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

1. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran dan Hadits Nabi saw. Alquran memiliki muatan yang universal bagi kehidupan umat manusia secara kese luruhan, salah satu di antaranya bagaimana ajaran Alquran berbicara masalah pendidikan. Surah yang pertama diwahyukan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. QS. Al-’Alaq: 1-5 jelas tersurat dan tersirat perintah serta padat makna nilai pendidikan dan pembelajaran ba gi umat manusia, khususnya kaum muslimin. Dan banyak sekali ayat Al-Quran yang berisi, bernilai, bermakna, bertujuan, dan berbicara tentang pendidikan.
Proses pendidikan terhadap manusia terjadi pertama kali ketika Allah Swt selesai menciptakan Adam As, kemudian Allah Swt mengumpulkan tiga golongan mahluk yang diciptakan-Nya untuk diadakan proses belajar mengajar, yaitu Jin, Malaikat, dan Manusia (Adam As) sebagai “mahasiswa” nya, sedangkan Allah Swt bertindak sebagai “Maha Guru” nya. Setelah selesai PBM maka Allah Swt mengadakan evaluasi kepada seluruh mahasiswa ( jin, malaikat, dan manusia) dengan cara bertanya dan menyuruh menjelaskan seluruh materi pelajaran yang diberikan, dan ternyata Adamlah (dari golongan manusia) yang berhasil menjadi juara dalam ujian tersebut. (QS. Al-Baqoroh: 30-33)
Paradigma pendidikan dalam Alquran tidak lepas dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia itu seindiri, yaitu pendidikan penyerahan diri secara ikhlas kepada sang Kholik yang mengarah pada tercapainya kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat, sebagaimna Firman-Nya dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 : Tidak semata-mata kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah.
Pendidikan dalam perspektif Alquran dapat dilihat bagaimana Luqman Al-Hakim memberikan pendidikan yang mendasar kepada putranya, sekaligus memberikan contohnya, juga menunjukkan perbuatannya lewat pengamalan dan sikap mental yang dilakukannya sehari-hari dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diantara wasiat pendidikan ‘monumental’ yang dicontohkan Luqman lewat materi billisan dan dilakukannya lewat bilamal terlebih dahulu adalah: Jangan sekali-kali menyekutukan Allah, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, jangan mengikuti seruan syirik, ingatlah bahwa manusia itu pasti mati, hendaklah kita tetap merasa diawasi oleh Allah, hendaklah selalu mendirikan sholat, kerjakan selalu yang baik dan tinggalkan perbuatan keji, jangan suka menyombongkan diri, sederhanalah dalam berpergian, dan rendahkanlah suaramu. (QS. Luqman (31):12-19) [27]
Walaupun sederhana materi dan metode yang diajarkan Luqman Al-Hakim kepada putranya termasuk kepada kita semua yang hidup di jaman modern ini, namun betapa cermat dan mendalam filosofi pendidikan serta hikmah yang dimiliki Luqman untuk dapat dipelajari oleh generasi berikutnya sampai akhir zaman.
Ketokohan Luqman Al-Hakim seperti dijelaskan di atas merupakan suatu keniscayaan dalam dunia pendidikan, hingga dapat melahirkan para ahli pendidikan dibidangnya masing-masing sejak Alquran diwahyukan hingga sekarang, bahkan sampai akhir zaman. Islam memandang dan memposisikan sendi-sendi keilmuan atau ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sesuatu yang sangat utama dan urgen. Ia merangkul iptek sedemikian rupa sehingga menganggap suci dan disamakan derajatnya dengan jihad bagi perjuangan orang-orang yang berilmu dan yang mencari ilmu, juga karya-karya yang mereka temukan tentang fenomena dan rahasia alam semesta ini. Hal ini dijelaskan dengan firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11 :“Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Ilmu pengetahuan yang dituju oleh Alquran adalah ilmu pengetahuan dengan pengertiannya yang menyeluruh, yang mengatur segala yang berhubungan dengan kehidupan dan tidak terbatas pada ilmu syariah dan akidah saja. Ia mencakup berbagai disiplin ilmu seperti ilmu sosial, ekonomi, sejarah, fisika, biologi, matematika, astronomi, dan geografi dalam bentuk gejala-gejala umum, general ideas, atau grand theory yang perlu dikembangkan lagi oleh akal manusia dengan salah satu cara melalui proses pendidikan.
Berikut beberapa Hadits Nabi Saw. menggambarkan konsep pendidikan Islam meliputi beberapa aspek dan faktor pendidikan dalam arti; pengembangan akal, wawasan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan pembelajaran, dan sebagainya. Seperti ( terjemahan ) Hadits Beliau berikut ini : [28]
(1) Belajar dan menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. (HR. Bukhari – Muslim)”
(2) Tuntutlah ilmu itu sejak dari buaian sampai ke liang lahad ( sejak kecil sampai mati) (HR. Ibnu ’Abdil Barr)”
(3) Siapa yang menginginkan (kebahagiaan) didunia, maka hendaklah ia berilmu, dan siapa yang menginginkan (kebahagiaan) di akhirat, maka hendaklah ia belajar dan berilmu, dan siapa yang menghendaki (kebahagiaan) keduanya, maka iapun harus berilmu. (HR. Ahmad)”
(4) Setiap kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu harus bertanggung jawab atas kepemimpinanmu itu. (HR. Bukhari).”
(5) Barang siapa saja yang ditanya tentang ilmu, kemudian ia menyimpan ilmunya (tidak mau mengajarkan), maka allah akan mengekang dia dengan kekangan api neraka pada hari kiamat. (HR. Abu Daud dan At-Turmuzi)’
(6) Anas mengatakan bahwa rasulullah Saw bersabda ; Anak itu pada hari ke-7 dari kelahirannya sembelihkan akikahnya, serta diberi nama, dan dibersihkan dari segala kotoran-kotoran. Jika ia telah berumur 6 tahun ia dididik beradab susila. Jika ia telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya, dan jika telah berumur 13 tahun pukullah jika ia tidak sholat. Jika ia telah berusia 16 tahun boleh dikawinkan, setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan ”saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu, saya memohon perlingdungan kepada Allah dari segala fitnahan di dunia dan siksaan di akhirat ...” (Al-Gazaly, Ihya Ulumuddin II, hl. 217).
Juga dalam beberapa Hadits Nabi Saw. ( Kurang jelas Sanad dan Rawinya ) yang Penulis kutip dari Buku Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, karangan Prof. Dr. Mohammad ’Athiyah Al-Abrasyi ( juga terjemahannya ) sebagai berikut : [29].
(1) ”Kami Para Nabi diperintahkan untuk menempatkan seseorang pada posisinya, berbicara dengan seseorang sesuai dengan akalnya..”
(2) Seseorang yang menyampaikan (sesuatu) kepada suatu kaum atau golongan dengan pembicaraan yang tidak sesuai dengan akalnya, maka hal demikian akan menimbulkan fitnah dikalangan mereka.”
(3) Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, tetapi ibu-bapaknyalah yang (dapat) menjadikan ia Yahudi, Masrani, atau Majusi.”
(4) Sarjana dan Ulama adalah pewaris dari pada para Nabi”.
(5) Tinta para Ulama dan Sarjana lebih mulia dari pada darahnya para Syuhada”. (6) Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu dijadikan buat menghadapi masa yang lain dari masa kamu ini”.
(7) Seseorang itu dapat dianggap seorang yang ’alim dan berilmu, selama ia masih terus belajar, apabila ia menyangka bahwa ia serba tahu, maka ia sesungguhnya seorang jahil.”
(8) Seluruh isi langit dan bumi memintakan ampun bagi seorang ahli ilmu.” (9) Mereka ini (kelompok) pertama minta (berdoa) kepada Allah, bila Allah menghendaki, maka ia akan dipenuhi permintaannya tersebut, dan jika Allah menghendaki, maka tidak akan dikabulkannya.. Tepai golongan (kelompok) kedua ini mereka mengajar manusia, sedang saya sendiri (Rasulullah Saw) diutus untuk menjadi juru pendidik.”
(10) Manusia ini hanya dua macam; yaitu orang berilmu dan orang belajar, selain dari kedua golongan ini tidak ada manfaatnya.”
(11) Meninggalnya suatu suku (kaum) lebih enteng dari pada meninggalnya seorang berilmu.”
(12) Kkelebihan seorang Sarjana atau ahli ilmu dari pada orang ahli ibadah ialah seperti kelebihannya bulan dari segala bintang-bintang lainnya.”.
(13) Malaikat-Malaikat itu merendahkan sayapnya kepada penuntut ilmu, justeru karena ia (malaikat) merasa senang atas apa yang dilakukannya.”
(14) Pelajarilah Ilmu, karena belajar itu disisi Allah merupakan suatu kebaikan, me nuntut ilmu itu merupakan tasbih, , mencari ilmu itu merupaka jihad, mengejar ilmu itu suatu ibadah, mengajarkan ilmu itu adalah sedekah, , sedangkan menggunakan ilmu itu bagi yang membutuhkannya merupakan suatu taqarrub atau pendekatan diri kepada Allah Swt.”
(15) Seseorang boleh meremehkan ilmu, jika ia mengetahui betapa sedikitnya manfaat yang yang dapat diperoleh dengan ilmu itu.”
(16) Belum dianggap seseorang itu berilmu sampai ia mengamalkan ilmunya.” (17) Orang yang bertambah ilmunya dan tidak bertambah petunjuk yang dimilikinya, maka ia semakin jauh dari Allah Swt.”
(18) Pelajarilah apa-apa yang engkau kehendaki, Allah tidak akan memberi ganjaran kepada engkau sampai engkau mengamalkannya.”
(19) Tunjukilah saudaramu, karena ia sudah tersesat.”
(20) Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah Swt) adalah untuk menyempurnakan akhlaq mulia.”
(21) Aku diajar oleh Tuhan, dan Ia telah mendidikku dengan sebaik-baiknya.” (22) Ambillah separo agamamu dari dari wanita berkulit putih ini.”
(23) Apakah anda akan meminta keringanan dari hukum yang telah ditetapkan Tuhan?”
(24) Wahai manusia, orang-orang yang sebelum kamu telah sesat, oleh karena jika yang mencuri itu seorang bangsawan, mereka biarkan saja. Bila yang mencuri itu seorang lemah, mereka dijatuhi hukuman. Demi Allah, kalau yang mencuri itu Fatimah binti Muhammad sekalipun, maka Muhammad akan memotong tangannya.”
(25) Seorang laki-laki yang memiliki hamba sahaya wanita, kemudian ia beri pelajaran dengan sebaik-baiknya, diberinya pendidikan sebaik-baiknya, setelah itu ia merdekakan, dan lantas mengawininya pula, maka laki-laki itu akan memeproleh dia pahala.”
(26) Rusaknya umatku adalah karena dua macam orang, yaitu seorang ’alim yang durjana dan seorang shaleh yang jahil. Orang yang paling baik ialah Ulama yang baik, dan orang yang paling jahat ialah orang-orang yang bodoh.”
(27) Janganlah anda mempelajari suatu ilmu dengan maksud untuk berbangga-bangga dengan ’Ulama, atau untuk melayani orang-orang bodoh, bukan pula untuk berkuasa dalam persidangan, tetapiu pelajarilah ilmu demi untuk keridhaan Allah dan untuk akhirat.”
(28) Bekerjalah untuk duniawimu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok pagi.”
Dalam sumber lain Sejumlah ”Hadits Nabi Saw. tentang pendidikan akhlak/adab dalam pergaulan; antara orang tua dengan anak, murid dengan guru, suami dan isteri, dengan tetangga, jual beli, majikan dengan pembantu, ditempat umum, adab berbicara, bersikap, dan berbagai larangan yang bermakna pendidikan , dan sebagainya.”[30]

2. Pengetian dan Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. Atau Pendidikan Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Dengan demikian, berarti pendidikan Islam bertujuan untuk mencapai terwujudnya keperibadian seseorang yang membuatnya menjadi Insan Kamil dengan pola hidup Taqwa . Insan Kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt. [31]

3. Landasan, Kerangka Dasar , Faktor-Faktor , dan Materi Pendidikan Islam
Landasan atau sumber utama pelaksanaan pendidikan Islam adalah meliputi; (1) Al-Quranul Karim, (2) As-Sunnah atau Hadits Nabi Muhammad Saw, dan (3) Ijtihad yaitu upaya menggunakan akal fikiran yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad Saw. [32]
Adapun kerangka dasar dan Faktor-Faktor Pendidikan Islam menurut Muhammad Thalib ( sesuai Al-Quran dan Hadits ) yang penulis ringkas sbb ; (1) Ada Dasarnya yaitu Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad, (2) Ada Tujuan, (3) Ada Pendidik, (4) Ada Peserta didik, (5) Ada Materi, (6)Ada pengetahuan dasar, (7) Ada sistem, (8) Asas potensi anak, (9) Ada metode, (10)Sifat atau karakteristik, (11) Ada seni variatif kondisional, (12) Bentuk individual dan klasikal, (13)Masa waktu, kesempatan, (14) Berjenjang dan berklas, (15) Ada Penanggung jawab, (16) Ada Dana, (17) Ada fasilitas pembuktian/ peraga, (18) Ada sarana atau tempat, (19)Kode Etik pelaku pendidikan, dan (20) Peraturan, tata tertib dan sanksi. [33]
“Materi pendidikan Islam meliputi ; (1) Al-Quran, (2) Al-Hadits, (3) Aqidah, (4)Syari’ah/ Ibadah, (5) Syari’ah Mua’amalah, (6) Akhlaq, dan (6) Iptek. “ [34]
F. KONSEP AKAL DAN PENGARUHNYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
Mencermati berbagai uraian di atas, maka dapat dianalisis bahwa konsep akal dan pengaruhnya dalam pengembangan Pendidikan Islam sangat jelas, yaitu keterpaduan antara semua aspek seperti ; hakekat dan fungsi akal itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan Dasar pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Al-Hadits, terlebih lagi Ijtihad itu sendiri. Juga jika mencermati pendidikan dalam perspektif Al-Quran dan Hadits Nabi Saw, Kerangka dasar pendidikan Islam, Faktor-Faktor pendidikan Islam, Materi pendidikan Islam itu sendiri, dan sebagainya. Semua aspek tersebut tidak ada maknanya manakala tidak diakomodir , difasilitasi, dimotori, didorong, digali, dibina, dan dikembangkan oleh Akal manusia itu sendiri. Ini merupakan suatu pengaruh Akal manusia yang sangat jelas dan luar biasa terhadap perkembangan pendidikan itu sendiri secara umum.
Dalam Buku Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan oleh Dr. H. Abuddin Nata, MA, menyatakan bahwa ;
Manusia sebagai pelaku dan sasaran pendidikan memiliki alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan, dan keburukan. Alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan adalah hati nurani, akal, ruh, dan sirr. Sedangkan alat yang dapat digunakan untuk mencapai keburukan adalah hawa nafsu syahwat yang berpusat di perut, dan hawa nafsu amarah yang berpusat di dada. Dalam konteks ini, pendidikan harus berupaya mengarahkan manusia agar memiliki keterampilan untuk dapat mempergunakan alat yang dapat membawa kepada kebaikan, yaitu akal, dan menjauhi penggunaan alat yang dapat membawa kepada keburukan, yaitu hawa nafsu. [35]

Dewasa ini, telah kita ketahui bersama bahwa, betapa banyaknya teori-teori pendi dikan yang bermunculan dari berbagai sendikiawan bangsa, meskipun keberadannya tidak terlepas dari pro dan kontra. Semua teori tersebut merupakan hasil atau produk pengaruh dari potensi akal dan nalar manusia itu sendiri. Seperti teori filsafat pendidikan, paedagogik, metodologi, psikologi, epistemologi pendidikan, dan terus berkembang hingga pada teori-teori science, iptek dan sebagainya.
Tegasnya bahwa, konsep akal dan pengaruhnya dalam pendidikan Islam pada dasrnya sangat jelas, betapa banyak ayat Al-Quran dan Hadits Nabi Saw. yang berisi nilai praktis antara fungsi akal, pendidikan dengan berbagai aspeknya, serta tujuan ajaran Islam itu sendiri. Salah satu bukti konkrit yaitu, dalam konsep pendidikan Islam telah disepakati bahwa , salah satu landasan pendidikan Islam selain Al-Quran dan Hadits Nabi Saw. adalah Ijtihad. Ijtihad berarti upaya menggunakan akal fikiran secara maksimal untuk menggali dan mengembangkan nilai semua aspek ajaran Islam, termasuk aspek pendidikan Islam itu sendiri dengan paradigma Wahyu Ilahi, yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.
G. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa, Konsep akal dan pengaruhnya dalam pendidikan Islam sebagai salah satu sub materi Tafsir Hadits Tematik adalah sebagai berikut :

1) Bahwa esensi dan eksestensi makna akal bagi manusia, merupakan satu dimensi psikhis bernilai plus, sebagai pembeda sekaligus penyempurna bentuk dan potensi dibanding dengan sekian ragam makhluk Allah Swt. yang lainnya.

2) Dalam Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits, dimana banyak sekali ayat Al-Quran dan Hadits Nabi Saw. yang mengakomodir keberadaan dan perintah penggunaan akal manusia secara maksimal dan produktif, sehingga melahirkan Ijtihad dalam arti Ijtihad berdasarkan acuan kepada Al-Quran dan Al-Hadits.

3) Konsep akal dan pengaruhnya dalam pendidikan Islam mutlak saling berkaitan, saling memerlukan, bahkan tidak bisa dipisahkan sejak lahirnya Islam hingga sekarang, bahkan seterusnya. Di sisi lain. Tetapi terpenting yang dimaksud disini adalah ekploitasi akal teoretis, akal praktis, akal khawas dengan kekuatan nazhar نظر) (, bashar(بصر ) , tafakkur ( تفكر ), tadabbur ( تدبر ), lebih lagi Akal Khawasul Khawas atau Akal Ilahiyah, ini sangat diharapkan selalu mampu untuk memberi warna dan pengaruh terhadap konsep pendidikan Islam itu sendiri atas dasar wahyu Ilahi.

4) Konsep akal Ilahiyah sangat diharapkan selalu memberi pengaruhnya dalam pendidikan Islam mengingat Tujuan pendidikan Islam pada dasarnya adalah tujuan ajaran Islam itu sendiri, yaitu ; membentuk manusia beriman, berakhlak, berilmu, beramal sholeh, bertaqwa, produktif dan dinamis menjadi insan kamil, berbahagia di dunia dan di akhirat.

2. Saran
Dalam penulisan makalah ini berjudul Konsep Akal dan Pengaruhnya dalam Pendidikan Islam yang merupakan salah satu sub materi mata kuliah Tafsir Hadits Tematik sudah tentu ada kekurangannya, mengingat terbatasnya kapasitas penulis dalam hal format dan teknis penulisan, serta penguasaan materi bidang Tafsir dan Hadits. Oleh karena itu diharapkan masukan perbaikan dari teman-teman dan Dosen Pengampu. Terima kasih.

=== bdp ===
DAFTAR SUMBER RUJUKAN
A. Athaillah, Rasyid Ridha Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir Al-Manar, Erlangga, Yakarta, 2006
Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah, Al-Ikhlas, Surabaya, 1995,

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Yakarta, 2008,

Daud Rasyid, Menempatkan Posisi Akal, daudrasyid. com_content Official website

Ditjen Bimbaga Islam, Ilmu Pendidikan Islam, Proyek Pembinaan PTA/IAIN, Jakarta, 1984
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian, Al-Manar, Yogyakarta, 2008.
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Hadits Shahih Al-Bukhari, Pustaka Amani, Yakarta, 2002,

Khairuddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan al-Quran, Gema Insani Press, Yakarta, 1993,

mhdkosim.blogspot.com/2009/02/makalah-filsafat-pendidikan-islam_04.html

Muhammad Abdullah Asy-Syarqawi, Sufistic dan Akal, Pustaka Hidayah, Bandung, 2003

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998

Muhammd Fuad Abdul Baqi, Mutiara Hadits Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 2005,

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 7, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Quran, Lentera Hati, Jakarta, 2005, hlm. 56

Muhammad Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islami, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2001

N.A. Baiquni, Dkk., Indeks Al-Quran, Arbola, Surabaya, 1996

Oemar Bakry, Tafsir Ramat Cet.3, Toko Mesir Abdullah bin Afiff, Yakarta, 1984,

Qomar Suaidi ZA, Lc Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas wikipedia.org.id/ wiki/Syariat_Islam
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran, FkBA, Yogyakarta, 2001,
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid 1, 2 , PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, Yakarta, 2001.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.II, Balai Pustaka, Jakarta, 1995,
Yusuf Al-Qardlawy, Iman dan Kehidupan, Bulan Bintang, Yakarta, 1983,

========

DAFTAR ISI Halaman :

A. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
B. BEBRAPA TINJAUAN TENTANG AKAL ................................................................... 2
1. Pengertian dan Hakikat Akal ........................................................................ 2

2. Konsep Akal Menurut Beberapa Disiplin Ilmu ............................................... 3
3. Tingkatan-Tingkatan Akal ........................................................................... 3
4. Fungsi Akal Bagi Manusia ........................................................................... 7

C. AYAT AL-QURAN TENTANG KEDUDUKAN AKAL BAGI MANUSIA ………………. 9
1. Allah Swt. murka terhadap manusia yang tidak menggunakan akalnya. …… 9

2. Bukti orang-orang yang menggunakan Akal. ............................................. 9

3. Tidakkah kalian menggunakan Akal ? ........................................................ 9
4. Tentang Taqwa dan Akal ..................................................................... 9

5. Agar manusia menggunakan Akal ............................................................. 10
6. Tak adakah di antara kalian yang menggunakan Akal ? ............................. 10
7. Hanya orang yang berakallah dapat memetik pelajaran ............................. 10
8. Sikap orang yang berakal ....................................................................... 10
9. Sipat orang yang berakal ....................................................................... 11
10. Masuk neraka karena tidak menggunakan Akal ........................................ 11
D. HADITS NABI SAW. TENTANG AKAL BAGI MANUSI ........................................ 11
1. Tiadalah beragama bagi orang yang tidak berakal ........................................ 11
2. Agama adalah akal,tidak punya agama maka ia tidak punya akal ................. 11
3. Akal sebagai tempat bergantungnya hukum .............................................. 12

4. akal sebagai salah satu dari lima perkara yang harus dilindungi .................. 12
5. Batasan wilayah Jangkauan akal ................................................................ 12
6. Ijtihad menggunakan akal. ......................................................................... 12
7. Dialog Nabi Saw. dengan Mu’az bin Jabal ................................................ 13

E. GAMBARAN SINGKAT TENTANG PENDIDIKAN ISLAM ....................................... 13
1. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Quran dan Hadits Nabi saw. ...................... 13
2. Pengetian dan Tujuan Pendidikan Islam .................................................... 18
3. Landasan, Kerangka Dasar , Faktor-Faktor , dan Materi Pendidikan Islam ..... 18
F. KONSEP AKAL DAN PENGARUHNYA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM ..... 19
G. PENUTUP ................................................................................................... 20
DAFTAR SUMBER RUJUKAN ............................................................................ 21

[1] Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Quran, FkBA, Yogyakarta, 2001, hlm. 353

[2] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Yakarta, 2008, hl. 130.
[3] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.II, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm. 15

[4] Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid 1, PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, Yakarta, 2001. hlm. 98.

[5] ------------------- , Ensiklopedi Hukum Islam jilid 1, PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, Yakarta, 2006. hlm. 68.
[6] Daud Rasyid, Menempatkan Posisi Akal, daudrasyid. com_content Official website -
[7] Tim Penyusun, Op Cit. 335
[8] Muhammad Abdullah Asy-Syarqawi, Sufistic dan Akal, Pustaka Hidayah, Bandung, 2003. hlm. 105

[9] I b i d , 120
[10] I b i d , 141-144
[11] Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, Bulan Bintang, Yogyakarta, 1980, hlm. 63-65.
[12] Muhammad Abdullah, Op Cit
[13] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Yakarta, 2008, hlm. 138
[14] Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian, Al-Manar, Yogyakarta, 2008. hlm. 275-279.

[15] Oemar Bakry, Tafsir Ramat Cet.3, Toko Mesir Abdullah bin Afiff, Yakarta, 1984, hlm.
[16] Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Op cit , hlm. 280.
[17] I b i d , hlm. 282
[18] I b i d , hlm. 284
[19] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 1, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Quran, Lentera Hati, Jakarta, 2005, hlm. 396

[20] Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid 5, hlm. 40
[21] Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Loc cit , hlm. 294
[22] A. Athaillah, Rasyid Ridha Konsep Teologi Rasional Dalam Tafsir Al-Manar, Erlangga, Yakarta, 2006 hl. 61

[23] Qomar Suaidi ZA, Lc Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas wikipedia.org.id/wiki/Syariat_Islam

[24] Muhammd Fuad Abdul Baqi, Mutiara Hadits Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 2005, hl. 597.

[25] Munzier Saputra, Ilmu Hadits, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hl. 54
[26] Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid 2, PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, Yakarta, 2001. hl. 183

[27] Oemar Bakry, Tafsir Ramat Cet.3, Toko Mesir Abdullah bin Afiff, Yakarta, 1984, hl. 801-803

[28] Ditjen Bimbaga Islam, Ilmu Pendidikan Islam, Proyek Pembinaan PT. Agama/IAIN, Jakarta, 1984, hlm. 5-39.
[29] Mohd. ‘Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, hl. 25-173
[30] Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah, Al-Ikhlas, Surabaya, 1995, hl. 121-212
[31] Ditjen Bimbaga Islam, Op cit, hl. 28-82
[32] I b i d , hl. 19-21
[33] Muhammad Thalib, 20 Kerangka Pokok Pendidikan Islami, Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2001, hlm. 13-84
[34] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 199-408

[35] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Yakarta, 2008, hlm. 129